Wall Street Tumbang
Indeks saham utama AS alias Wall Street melemah pada Rabu, sementara imbal hasil obligasi pemerintah naik di tengah kekhawatiran bahwa rencana pemotongan pajak Presiden Donald Trump akan memperbesar defisit anggaran.
Dow Jones Industrial Average ditutup turun 1,9 persen ke level 41.860,4. S&P 500 terkoreksi 1,6 persen ke posisi 5.844,6, sementara Nasdaq Composite melemah 1,4 persen ke level 18.872,6.
Hampir seluruh sektor berakhir di zona merah, kecuali layanan komunikasi. Sektor properti, layanan kesehatan, dan keuangan masing-masing turun lebih dari 2 persen.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik, dengan yield obligasi tenor 10 tahun melonjak 10,4 basis poin menjadi 4,60 persen, dan obligasi dua tahun naik 4,5 basis poin ke 4,02 persen.
Menurut laporan The Washington Post, Kantor Anggaran Kongres (Congressional Budget Office) memperkirakan bahwa rancangan undang-undang perpajakan dan imigrasi tersebut menambah defisit anggaran sebesar USD2,3 triliun dalam sepuluh tahun ke depan. DPR AS dan Gedung Putih mendorong agar pemungutan suara dilakukan pada Rabu.
Sebelumnya, sejumlah anggota Partai Republik dilaporkan bertemu dengan pihak Gedung Putih karena menilai rancangan undang-undang ini belum cukup memangkas pengeluaran, demikian dilaporkan Reuters.
"Imbal hasil obligasi melonjak seiring meningkatnya kekhawatiran fiskal di tengah kebuntuan pembahasan RUU pemotongan pajak Trump," demikian kata analis D.A. Davidson dalam catatan pagi kepada klien, dikutip MT Newswires.
“Paket kebijakan ini kemungkinan tidak akan lolos di Senat tanpa revisi besar-besaran," ujar Kepala Ekonomi Pasar Modal Scotiabank, Derek Holt.
Sementara itu, harga minyak Brent ditutup turun 0,7 persen menjadi USD64,91 per barel. Minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) juga melemah 0,7 persen ke USD61,57 per barel.
Data pemerintah menunjukkan adanya kenaikan tak terduga pada stok minyak mentah komersial AS pekan lalu. Sebelumnya, harga minyak sempat menguat setelah laporan bahwa Israel mungkin akan menyerang fasilitas nuklir Iran.
Menurut laporan Reuters, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Selasa menolak permintaan AS untuk menghentikan pengayaan uranium. (Aldo Fernando)