Menurut Soh, Jokowi telah meletakkan fundamental yang baik dalam sepuluh tahun ke belakang lewat pengelolaan fiskal yang hati-hati dan mendorong infrastruktur. Dia menilai, ekonomi Indonesia di bawah Prabowo yang 'pro-growth' akan menikmati hasilnya dalam 5-10 tahun ke depan. Apalagi, kebijakan luar negeri RI ke depan akan lebih independen dan relevan dalam dunia yang semakin multipolar.
"Hal ini dapat membuat investor asing akan mengakui bahwa Indonesia semakin stabil untuk dijadikan tujuan investasi," ujarnya.
Sementara itu, JP Morgan Indonesia memandang pasar saham Indonesia cukup prospektif pada 2025. Hal ini seiring tren penurunan suku bunga yang dimulai dari bank sentral AS, The Fed bakal berdampak positif pada aset-aset berisiko seperti saham.
Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Indonesia, Henry Wibowo mengatakan, JP Morgan memberikan rating "overweight" terhadap pasar saham Indonesia karena penurunan suku bunga akan menciptakan likuiditas yang lebih banyak dan akan masuk ke pasar saham.
“Jika monetary easing sudah kejadian, monetary easing itu ketika suku bunga sudah mulai turun, harusnya liquidity itu akan membaik dan mungkin fund flow (pergerakan uang) dari develop market (negara maju) akan beralih ke emerging market (negara berkembang), di mana salah satunya Indonesia akan (mendapatkan) benefit," katanya beberapa waktu lalu.