Selain Rusia, negara lain yang akan terdampak antara lain Afrika Selatan, Mongolia, dan Amerika Serikat.
Sebaliknya, Indonesia dan Australia tidak akan terpengaruh karena perjanjian perdagangan bebas mereka dengan Beijing. Tarif tersebut hanya berlaku bagi importir yang berstatus negara paling difavoritkan. Importir lain menghadapi tarif impor yang jauh lebih tinggi sebesar 20 persen.
Di sisi lain, melemahnya permintaan batu bara dengan kualitas lebih rendah dari India dan China menghambat kenaikan harga batu bara global.
Sebelumnya, menjelang akhir 2023, Jepang dan Korea Selatan meningkatkan aktivitas pembelian mereka menjelang akhir tahun. Ini karena perusahaan utilitas lebih banyak menggunakan batu bara termal dibandingkan gas alam cair untuk menghasilkan listrik tambahan dan memenuhi permintaan. Keduanya merupakan konsumen utama batu bara kualitas tinggi dalam indeks Newcastle di luar Australia.
Data dari Kpler menunjukkan bahwa Jepang diperkirakan mengimpor hampir 10,4 juta ton batu bara termal melalui laut pada bulan Desember, yang merupakan jumlah terbesar sejak bulan Maret. Sementara Korea Selatan diperkirakan akan mengimpor 8,6 ton batu bara termal bermutu tinggi, yang merupakan jumlah terbesar sejak Juli 2021. (ADF)