IDXChannel – Harga saham nikel kembali menggeliat dalam beberapa hari terakhir. Harga kontrak nikel yang melambung seiring potensi reopening ala China hingga kerja sama RI dengan CATL menjadi katalis positif bagi saham tersebut.
Harga saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), ambil contoh, melonjak 10,88 persen ke Rp815 per saham pada lanjutan sesi I, pukul 10.58 WIB, Selasa (15/11/2022).
Lonjakan tinggi saham NIKL disertai volume transaksi yang ramai, yakni mencapai 2,18 juta saham. Angka tersebut lebih tinggi (breakout) dibandingkan pada rerata volume 20 hari yang hanya sebesar 276 ribu saham.
Saham emiten batu bara yang juga masuk ke tambang nikel, PT Harum Energy Tbk (HRUM), juga naik 2,41 persen pada Selasa. Pada Senin (14/11), harga saham emiten milik taipan Kiki Barki ini menguat 4,08 persen.
Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga naik tipis 0,94 persen usai sempat melesat 6,00 persen pada Jumat pekan lalu (11/11).
Sementara, saham-saham emiten lainnya juga mulai melandai pada Selasa ini. (Lihat tabel di bawah ini.)
Kendati sebagian melemah pada Selasa dan sejak awal tahun (ytd), dalam sepekan dan sebulan, kinerja saham-saham di muka tumbuh positif ditopang lonjakan harga komoditas nikel.
Harga futures nikel di London Metal Exchange (LME) mengalami reli penguatan selama 5 hari perdagangan beruntun. Pada Senin (15/11), harga nikel mencelat 7,95 persen secara harian ke USD29.066,50 per ton.
Sejak reli pada 8 November 2022, harga nikel sudah terbang 24,24 persen.
Reopening ala China
Sentimen makro yang menyulut kenaikan harga kontrak logam dasar, termasuk nikel, akhir-akhir ini adalah soal rumor dan optimisme atas rencana China untuk kembali membuka ekonomi dan melonggarkan kebijakan Zero-Covid (Nol-Covid).
Pada Jumat lalu (11/11), China melakukan relaksasi kebijakan Covid ketatnya, termasuk memperpendek waktu karantina.
Analis Fastmarkets Andy Farida, misalnya, bilang, pada Senin (14/11), logam dasar LME menakar perubahan dalam dinamika ekonomi makro.
“Indeks Dolar AS yang lebih lemah, indeks harga konsumen AS yang lemah untuk Oktober dan optimisme atas rencana China untuk membuka kembali ekonominya melalui pelonggaran kebijakan Nol Covid yang kontroversial memicu pergerakan harga logam dasar yang lebih tinggi,” kata Andy.
Sensitivitas harga komoditas logam dasar, termasuk nikel, terhadap kabar ekonomi terekam, misalnya, dalam laporan Wall Street Journal (WSJ) pada 1 November 2022.
Dalam artikelnya, WSJ menulis, kenaikan harga logam dasar ditopang oleh rumor reopening ekonomi China.
Mengutip WSJ, pada tanggal tersebut, aluminium naik 1,2 persen, zinc menguat 1,7 persen, timah terapresiasi 1,9 persen, dan nikel melompat 4,5 persen.
Maklum saja, para pedagang futures berpendapat bahwa relaksasi kebijakan di negara konsumen komoditas terbesar dunia tersebut dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan atas logam.
Kabar dari INA
Di samping soal kenaikan harga komoditas nikel, kabar baik dari dalam negeri di sela-sela hajatan KTT G20 di Bali turut memberikan ‘otot-otot’ penguat saham nikel.
Menyitir Reuters, Senin (14/11), sovereign wealth fund (SWF) RI, Indonesia Investment Authority (INA), menyiapkan semacam dana kendaraan listrik (EV) hijau atawa green EV fund senilai USD2 miliar bersama produsen batera China CATL dan CMB Internasional.
Pengumuman tersebut diungkapkan CEO INA Ridha Wirakusumah dibuat dalam konferensi live-streaming di sela-sela KTT G20.
Ridha Wirakusumah kemudian menandatangani perjanjian kerjasama dengan para eksekutif perusahaan CATL dan CMB International.
Ridha bilang, dana tersebut akan diinvestasikan dalam rantai nilai (value chain) EV untuk menangkap pasar yang diharapkan tumbuh cepat secara global, yang turut didorong oleh janji negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.