IDXChannel - Keputusan China untuk menurunkan suku bunga ternyata memengaruhi kinerja nilai tukar rupiah, di mana mata uang ini ditutup melemah 26 poin di level Rp14.768 terhadap satu dolar Amerika Serikat (USD) dalam perdagangan sore ini, Selasa (16/8).
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan, salah satu faktor ekternal pemicu mata uang garuda ini melemah karena penurunan suku bunga yang mengejutkan oleh bank sentral China serta data produksi industri yang secara signifikan lebih lemah dari perkiraan.
"Penjualan ritel China juga terbaca lebih lemah dari yang diharapkan. Kekhawatiran atas ekonomi semakin diperburuk oleh penurunan suku bunga yang tidak terduga oleh People's Bank of China, menunjukkan tekanan ekstrem pada bank sentral untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," terang Ibrahim dalam rilis hariannya.
Adapun, menurut Pengamat Pasar Uang ini, kekhawatiran atas China juga telah melemahkan pasar komoditas global dengan prospek permintaan yang lebih lemah. Sementara dari sisi internal, kata dia dipicu oleh resiko resesi Indonesia yang rendah dibandingkan dengan negara lain.
Dengan rendahnya ancaman resesi, namun pemerintah tidak boleh lalai, sebab masih ada inflasi yang menjadi momok bagi perekonomian nasional saat ini.
"Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, bahwa per Juli 2022, laju inflasi Indonesia berada di level 4,94 persen, dan pada bulan Agustus diprediksi akan meningkat pada kisaran 5 hingga 6 persen," ujar Ibrahim.
Kemudian pada September 2022, Indonesia diprediksi akan menghadapi hiperinflasi dengan angka inflasi pada kisaran 10 sampai 12 persen, yang disebabkan oleh laju kenaikan harga pangan dan energi yang semakin mmembebani masyarakat.
Lebih lanjut Ibrahim memprediksi, untuk perdagangan besok, Rabu (17/8) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.750-14.820. (TYO)