“Pada pasar China ada switching, dari sebelumnya mereka sudah konsumsi produk dengan nilai yang cukup tinggi ke nilai yang lebih ekonomis,” kata William dalam paparan publik di Jakarta, belum lama ini.
Hal ini menyebabkan perusahaan melakukan cadangan penurunan persediaan sebesar Rp8,5 miliar menyusul persediaan yang menjadi usang.
“Akibatnya perusahaan mencatatkan kerugian sebesar Rp20 miliar," katanya.
Melihat fenomena tersebut, kata William, perusahaan masih fokus mengoptimalkan penjualan di pasar domestik, dengan mendorong transaksi bisnis ke bisnis (B2B). Lebih jauh diversifikasi produk dan pasar tengah dipacu agar mampu menyasar market potensial selain China.
Hingga akhir Maret 2024, penjualan ikan ASHA menembus Rp54,28 miliar. Realisasi ini turun 28,3 persen yoy dari periode sama tahun lalu senilai Rp75,77 miliar.
(YNA)