sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Data Pekerjaan AS Buat Dolar Menguat Tipis, Inflasi China Jadi Fokus

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
10/07/2023 10:35 WIB
Dolar menguat tipis pada awal pekan perdagangan Senin (10/7/2023) setelah rilis data pekerjaan AS mengurangi ekspektasi pasar tentang kenaikan suku bunga.
Data Pekerjaan AS Buat Dolar Menguat Tipis, Inflasi China Jadi Fokus. (Foto: MNC Media)
Data Pekerjaan AS Buat Dolar Menguat Tipis, Inflasi China Jadi Fokus. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Dolar menguat tipis pada awal pekan perdagangan Senin (10/7/2023) setelah rilis data pekerjaan Amerika Serikat mengurangi ekspektasi pasar tentang kenaikan suku bunga lanjutan.

Indeks dolar naik 0,16 persen di level 102,11 pada pukul 09.47 WIB. Meski naik, namun pergerakan dolar tetap tidak jauh dari level terendah dua minggu di hari Jumat di di level 102,22.

Dengan data terbaru, bank sentral The Federal Reserve (The Fed) perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut, sementara pasar Asia tengah menanti rilis data inflasi China.

Dilaporkan perekonomian AS menambahkan 209 ribu pekerjaan pada Juni 2023. Sebelumnya, tambahan pekerjaan sebesar 306 ribu terjadi pada Mei. Angka terbaru juga di bawah perkiraan pasar sebanyak 225 ribu.

Data ini menjadi pembacaan terendah sejak Desember 2020. Namun angka ini masih tetap lebih dari dua kali lipat dari kisaran penambahan 70 hingga 100 ribu yang dibutuhkan per bulan untuk mengimbangi pertumbuhan populasi usia kerja. Ketenagakerjaan meningkat sebagian besar di pemerintahan dengan penambahan 60 ribu.

Dolar juga sempat jatuh hampir 1 persen terhadap sekeranjang mata uang pada Jumat pekan lalu sementara yen dan sterling sempat melonjak.

Yen Jepang terakhir dibeli 142,766 per dolar pada awal perdagangan Asia hari ini, setelah melonjak 1,4 persen pada Jumat (7/7/2023). Penurunan greenback juga diikuti penurunan dalam imbal hasil Treasury AS.

Pasangan dolar dan yen memang sangat sensitif terhadap imbal hasil AS karena suku bunga di Jepang berlabuh mendekati nol.

Pound Inggris juga menguat di dekat puncak lebih dari satu tahun di level USD1,2850 yang dicapai pada Jumat dan terakhir diperdagangkan di level USD1,28. Ini karena inflasi Inggris yang susah dijinakkan dan memaksa Bank of England untuk menaikkan suku bunga ke level tertinggi 25 tahun sebesar 6,5 persen pada Desember mendatang.

Sementara Euro sedikit merosot ke level USD1,096 di awal pekan dan memangkas sebagian dari kenaikan 0,7 persen pada Jumat.

"Saya tentu saja tidak mempercayai pergerakan dolar AS apakah itu berkelanjutan. Tapi ini menjadi tanda yang cukup jelas bahwa pasar melihat The Fed pada tahap akhir dari siklus pengetatan moneter” kata Chris Weston, head of research di Pepperstone.

Di Asia, pasar juga tengah menanti data indeks harga konsumen China yang akan dirilis pada hari ini. Pasar berekspektasi inflasi China akan tetap stabil di 0,2 persen pada Juni. Kemungkinan ini memicu harapan investor untuk langkah-langkah dukungan lebih lanjut dari Beijing.

"Kami melihat CPI tetap rendah karena permintaan tetap lemah sementara harga produsen jatuh lebih dalam ke deflasi. Kami mengharapkan lebih banyak langkah kebijakan dari People's Bank of China untuk meredam ekspektasi depresiasi yuan, yang seharusnya menawarkan dukungan untuk mata uang ke depan," kata analis MUFG dalam sebuah catatan.

Yuan China juga masih berada di bawah tekanan dalam beberapa bulan terakhir sebagai akibat dari pemulihan ekonomi negeri Tirai Bambu yang goyah di level 7,23735 per dolar. (ADF)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement