DAAZ sudah disuspensi sebanyak dua kali yakni pada 18 dan 20 November tak lama setelah melantai imbas sahamnya menembus batas Auto Reject Atas (ARA) berkali-kali. Hal tersebut membuat emiten pedagang komoditas ini sempat masuk Papan Pemantauan Khusus (PPK) dengan menggunakan metode perdagangan full periodic call auction (FCA).
Popularitas saham DAAZ tak seperti saham Prajogo Pangestu, yakni BREN dan CUAN yang menduduki puncak IPO 2023. DAAZ menawarkan rencana ekspansi dari tingginya potensi permintaan untuk produk bijih nikel, batu bara, bahan bakar solar jasa angkutan laut serta jasa pertambangan yang didorong oleh program hilirisasi dan industrialisasi pemerintah.
Dari sisi laporan keuangan, DAAZ tiga tahun terakhir memiliki kinerja yang positif dengan mencatatkan pendapatan, dan juga laba bersih. Per April 2024, laba bersih tahun berjalan DAAZ turun 13,35 persen menjadi Rp84,94 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp98,02 miliar. Namun, perseroan berhasil meningkatkan pendapatan sebesar 3,65 persen atau mencapai Rp2,58 triliun.
Posisi kedua ditempati oleh PT Remala Abadi Tbk (DATA) yang merupakan perusahaan tercatat ke-23 di Bursa pada 2024. Dalam proses IPO, Remala Abadi melepas 275 juta saham atau 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor. Harga penawaran dipatok sebesar Rp188 per saham sehingga potensi dana segar mencapai Rp51,70 miliar.
Saat debut perdana, saham DATA dibuka melonjak 34,04 persen ke Rp252 pada 7 Mei dan kini sahamnya berada di harga Rp770 per 24 Desember 2024. Dengan demikian, DATA mencatatkan kenaikan harga saham sebesar 205,56 persen secara year to date (ytd).