sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Deretan Jurus Anti Boncos Raup Cuan dari Saham IPO

Market news editor Taufan Sukma/IDX Channel
26/08/2023 23:28 WIB
saham IPO juga memiliki potensi untuk merosot di masa perdananya diperdagangkan.
Deretan Jurus Anti Boncos Raup Cuan dari Saham IPO (foto: MNC Media)
Deretan Jurus Anti Boncos Raup Cuan dari Saham IPO (foto: MNC Media)

IDXChannel - PT Bursa Efek Indonesia Tbk (BEI) terus berupaya mengembangkan industri pasar modal nasional dengan beragam cara.

Tak hanya terus mendongkrak jumlah investor yang beraktivitas secara aktif di lantai bursa, BEI juga terus meningkatkan targetnya dalam menggandeng emiten-emiten baru untuk menawarkan sebagian sahamnya di bursa domestik.

Pada 2022 lalu, misalnya, BEI selaku operator pasar modal nasional memasang target untuk dapat sedikitnya menggandeng 55 emiten baru.

Faktanya, total ada 59 perusahaan yang terealisasi melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO) di sepanjang tahun lalu.

Seperti juga yang terjadi di sepanjang 2023 ini, di mana total sudah ada 63 perusahaan yang resmi menjadi pendatang baru di pasar modal Indonesia.

Tak cukup sampai di situ, pihak BEI bahkan mengeklaim bahwa masih ada 26 perusahaan lagi yang antre untuk dapat melakukan IPO di sepanjang periode tersisa tahun ini.

Dengan semakin banyaknya pelaksanaan IPO, tentu hal tersebut patut dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk turut meraup cuan dari proses pencatatan (listing) perdana saham IPO.

Caranya dengan mencoba memanfaatkan pergerakan saham IPO di masa-masa awalnya diperdagangkan di bursa saham domestik.

Namun, bukan berarti berinvestasi di saham-saham IPO tak memiliki risiko. Meski terbilang jarang terjadi, namun saham IPO juga memiliki potensi untuk merosot di masa perdananya diperdagangkan.

Lalu, hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam berinvestasi di saham IPO. Berikut ini kami rangkum sejumlah tips aman dalam berinvestasi di saham IPO, yang kami rangkum dari berbagai sumber.

1. Tujuan Investasi

Hal pertama yang perlu dipastikan adalah rencana durasi dalam mengoleksi saham IPO yang Anda beli. 
Jika Anda ingin memilikinya dalam jangka waktu lama, maka artinya Anda menempatkan saham IPO tersebut sebagai bagian dari investasi. 
Konsekuensinya, pilih jenis perusahaan yang memang secara neraca keuangan sangat menjanjikan untuk dapat berkembang di kemudian hari. Dengan demikian, dalam jangka waktu beberapa tahun mendatang, saham IPO yang Anda memiliki masih memiliki ruang untuk menguat signifikan.

Namun, jika Anda ingin bergaya layaknya seorang trader yang hanya akan memiliki saham IPO tersebut dalam jangka waktu pendek, maka lebih berfokuslah pada kondisi teknikal dari saham tersebut.

2. Kenali Emiten

Untuk dapat memperkirakan bahwa kinerja emiten yang saham IPOnya Anda memang benar-benar potensial, Anda tentu wajib mengenal dengan seksama terkait seluk-beluk bisnis perusahaan tersebut.

Pahami dengan tepat bagaimana cara industri yang digeluti oleh perusahaan tersebut berjalan. Bagaimana cara mereka mencari keuntungan, dan seperti apa tantangan yang ada di pasar.

Termasuk, Anda juga wajib mengetahui alasan perusahaan tersebut melakukan IPO. Jika dana hasil IPO bakal digunakan untuk membiayai rencana ekspansi, maka Anda patut berharap banyak pada emiten tersebut.

Namun, bila dana IPO bakal hanya dimanfaatkan untuk membayar utang operasional, maka Anda perlu berhati-hati, lantaran perusahaan tersebut tidak sedang dalam kondisi siap berkembang, melainkan masih sibuk untuk bertahan dalam kondisinya saat ini.

3. Uang Dingin

Dalam berinvestasi di pasar modal, wajib bagi Anda untuk hanya membelanjakan uang yang memang sejak awal Anda alokasikan untuk investasi.

Dalam bahasa umum, alokasi ini biasa disebut dengan 'uang dingin', untuk membedakannya dari alokasi kebutuhan rutin Anda, seperti uang sekolah anak, uang untuk membayar cicilan ke bank dan sebagainya, yang biasa disebut sebagai 'uang panas.

Prinsip ini perlu untuk Anda pegang teguh, lantaran ada kalanya kondisi di pasar menuntut Anda untuk menahan (hold) portofolio dan jangan dulu melakukan transaksi. Hal tersebut untuk menunggu momen yang tepat dan paling menguntungkan saat kita akan menjual atau membeli sebuah portofolio.

Namun, bila Anda membeli saham dengan 'uang panas', maka Anda tidak akan leluasa melakukan strategi hold, lantaran keberadaan dana tersebut sudah ditunggu untuk keperluan yang lain.

4. Evaluasi Harga

Langkah ini perlu Anda lakukan untuk dapat memastikan seberapa murah atau seberapa mahal harga saham IPO yang ingin Anda beli itu, bila dibandingkan dengan kompetitornya di industri sejenis.

Caranya dengan membandingkan harga perdana saham tersebut dengan nilai wajar perusahaan. Dalam hal ini, Anda harus benar-benar obyektif dan cermat dalam melakukan penilaian.

Jangan terpancing dengan pertimbangan like and dislike, dan fokuslah benar-benar pada data dan informasi terkait perusahaan tersebut.

Anda patut ingat, bahwa harga IPO yang terlalu tinggi bakal menggerus ruang penguatan saham tersebut pasca listing. Artinya, kalau pun terjadi penguatan, porsinya tidak akan lagi menggiurkan.

5. Cermati Underwriternya

Terakhir, pilih saham-saham IPO yang ditawarkan oleh penjamin pelaksana emisi (underwriter) yang berpengalaman dan telah memiliki rekam jejak positif dari sekian banyak IPO yang telah ditanganinya.

Hal ini lantaran pihak underwriter menjadi salah satu pihak yang layak bertanggung jawab dalam penentuan harga perdana saham IPO.

Bahkan, tak jarang underwriter yang rela melakukan berbagai cara agar saham IPO yang menjadi kliennya terus dapat bertahan di zona hijau, di sepanjang perdagangan perdananya.

Artinya, secara tidak langsung Anda diuntungkan, lantaran mendapat 'jaminan' bahwa saham IPO yang bakal Anda beli hampir pasti bakal terbang ke zona hijau.

Jadi, dengan melihat deretan calon emiten yang telah tercatat di pipeline BEI, saham IPO mana yang sudah masuk dalam incaran Anda? (TSA)

Halaman : 1 2 3 4 5 6
Advertisement
Advertisement