Ia mengatakan bahwa sentimen di bursa internasional menunjukkan tanda-tanda kejenuhan valuasi.
“Saham-saham tech memang bukan favorable di IHSG. Sementara jika kita bandingkan dengan bursa luar, sudah ada kekhawatiran terjadi tech bubble, menyusul Magnificent 7 yang berada dalam valuasi premium, dengan rata-rata rasio price-to earnings (PE) 23 kali,” kata Michael, Jumat (5/12/2025).
Michael menambahkan, bobot raksasa teknologi global sudah sangat dominan. “Saham Magnificent 7 memiliki market cap yang setara dengan 441 saham di AS lainnya jika digabung,” imbuh dia.
Namun, ia menegaskan bahwa kondisi tersebut tidak tercermin di pasar domestik. Melalui analisisnya, Yeoh memaparkan bahwa komposisi sektor teknologi di Indonesia masih relatif kecil dibanding bursa global, dengan bobot hanya sekitar 4-6 persen.
Lebih jauh, ia melihat adanya ruang pertumbuhan yang lebih besar di pasar lokal.