Minat asing juga terlihat kuat pada sektor pertambangan. Saham emiten tambang mineral pelat merah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatat net buy asing Rp5,58 triliun, dengan lonjakan harga saham mencapai 118,22 persen YtD ke Rp3.180 per unit.
Sementara itu, emiten Grup Bakrie dan Grup Salim PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menyusul dengan net buy Rp5,17 triliun, seiring reli harga saham yang melonjak tajam hingga 217,92 persen menjadi Rp1.105 per unit sepanjang 2025.
Kinerja saham ANTM dan BRMS terdongkrak lonjakan harga emas dunia sepanjang tahun ini. Harga emas tercatat sempat melonjak sekitar 70 persen dan menuju kenaikan tahunan terkuat sejak 1979.
Di luar dua saham tersebut, investor asing juga memborong tambang Grup Salim PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) senilai Rp2,85 triliun, meski harga sahamnya masih terkoreksi 23,30 persen YtD.
AMMN, bersama BRMS, masuk dalam daftar konstituen VanEck Gold Miners ETF pada tahun ini. Masuknya kedua saham tersebut turut menjadi katalis yang menarik aliran dana investor asing.