IDXChannel - Bank Indonesia (BI) baru saja secara resmi menaikkan suku bunga acuannya (BI Rate) sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen.
Kebijakan tersebut didasarkan pada dinamika perekonomian global dan juga sejumlah kondisi ekonomi domestik, yang berimbas pada risiko tekanan inflasi.
Praktis, kebijakan ini memicu dampak lanjutan di berbagai sektor industri yang berkaitan dengan kinerja pembiayaan perbankan. Salah satunya adalah sektor properti.
Menghadapi tantangan tersebut, salah satu pelaku industri properti nasional, yaitu PT Indonesian Property Paradise Tbk (INPP), turut angkat bicara.
"Ya (kenaikan suku bunga) tentu ada dampaknya, untuk satu dan lain hal. Tapi kami yakin akan bisa memanage-nya dengan baik. Dampaknya tidak akan terlalu (buruk). Kita dari pengusaha melihat masih cukup prospektif," ujar Chief Executive Officer (CEO) sekaligus Presiden Direktur INPP, Anthony Prabowo Susilo, kepada idxchannel, Selasa (24/1/2023).
Tak hanya suku bunga, Anthony mengakui bahwa proyeksi bisnis di tahun ini dibayangi oleh sejumlah kondisi yang menantang.
Sebut saja ancaman resesi global, kondisi perang Rusia-Ukraina hingga krisis energi yang tengah melanda kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS).
"Kita semua tahu kondisi eksternal seperti apa, mulai dari situasi geopolitik, resolusi China-Taiwan sampai posisi tekanan inflasi dan suku bunga. Tapi kalau boleh dibandingkan dengan kondisi 2020-2021 sampai 2022 kemarin (masa pandemi), menurut Saya, tidak ada yang lebih (buruk) dari masa-masa itu," tutur Anthony.
Menurut Anthony, kondisi Indonesia saat masa pandemi bahkan pernah mencatatkan rekor kasus COVID-19 hingga 55.000 kasus per hari. Dengan kondisi masyarakat yang sedang dihantam badai pandemi sedahsyat itu, logikanya hampir mustahil bagi dunia industri untuk dapat terus bertahan.
"Rekor omicron itu betul-betul (buruk). Tapi faktanya kita bisa lewati (tantangan) itu, bisa keluar dari tekanan itu. Ini bukti bahwa pengusaha Indonesia itu tangguh. Kita semua ini alumni dari kondisi yang demikian gelap. Jadi kalau ada yang bilang tahun ini gelap, Saya pikir tidak ada yang lebih gelap dari saat-saat (pandemi) kemarin," tegas Anthony.
Dengan keyakinan tersebut, Anthony pun tanpa ragu menyatakan bahwa INPP telah memasang target pertumbuhan pendapatan sebesar 20 hingga 25 persen pada tahun ini.
Target tersebut didasarkan pada fakta bahwa beberapa proyek yang dikerjakan INPP sudah bakal rampung pada tahun ini.
"Kami ada beberapa proyek yang sudah akan serah terima pada tahun ini. Belum lagi proyek baru yang juga sudah mau jalan, dan topping off di awal 2024. Jadi kalau ditanya bagaimana (proyeksi) kami di 2023, dengan yang telah kita lalui selama ini, tentu saja kami optimistis," tegas Anthony. (TSA)