Tak hanya suku bunga, Anthony mengakui bahwa proyeksi bisnis di tahun ini dibayangi oleh sejumlah kondisi yang menantang.
Sebut saja ancaman resesi global, kondisi perang Rusia-Ukraina hingga krisis energi yang tengah melanda kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS).
"Kita semua tahu kondisi eksternal seperti apa, mulai dari situasi geopolitik, resolusi China-Taiwan sampai posisi tekanan inflasi dan suku bunga. Tapi kalau boleh dibandingkan dengan kondisi 2020-2021 sampai 2022 kemarin (masa pandemi), menurut Saya, tidak ada yang lebih (buruk) dari masa-masa itu," tutur Anthony.
Menurut Anthony, kondisi Indonesia saat masa pandemi bahkan pernah mencatatkan rekor kasus COVID-19 hingga 55.000 kasus per hari. Dengan kondisi masyarakat yang sedang dihantam badai pandemi sedahsyat itu, logikanya hampir mustahil bagi dunia industri untuk dapat terus bertahan.
"Rekor omicron itu betul-betul (buruk). Tapi faktanya kita bisa lewati (tantangan) itu, bisa keluar dari tekanan itu. Ini bukti bahwa pengusaha Indonesia itu tangguh. Kita semua ini alumni dari kondisi yang demikian gelap. Jadi kalau ada yang bilang tahun ini gelap, Saya pikir tidak ada yang lebih gelap dari saat-saat (pandemi) kemarin," tegas Anthony.