IDXChannel - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini, Kamis (18/7/2024) ditutup melemah ke level Rp16.155 per USD. Mata uang Garuda turun 55 poin atau 0,34 persen dari perdagangan hari sebelumnya.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menilai menguatnya dolar AS dipengaruhi pejabat tinggi bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) yang memberikan sinyal "lebih dekat" untuk pemangkasan suku bunga.
Hal tersebut tercermin dari lintasan inflasi yang membaik dan pasar tenaga kerja dalam keseimbangan yang lebih baik.
"Gubernur The Fed, Christopher Waller dan Presiden The Fed New York, John Williams sama-sama mencatat semakin pendeknya cakrawala menuju kebijakan moneter yang lebih longgar. Waller menyoroti hal ini dalam pidatonya di Kansas City Fed dan Williams menegaskannya dalam wawancara. Secara terpisah, Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin merasa sangat gembira bahwa penurunan inflasi mulai meluas," kata Ibrahim dalam risetnya, Kamis (18/7/2024).
Sementara itu, ancaman pembatasan AS terhadap China meningkatkan kekhawatiran atas perang dagang baru antar negara. Komentar baru-baru ini oleh calon presiden dari Partai Republik Donald Trump mengenai belanja pertahanan AS di Taiwan memberikan sentimen negatif terhadap pasar regional.
Hal ini dapat memicu tindakan pembalasan yang keras dari Beijing, sehingga memicu perang dagang baru antara negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Laporan tersebut muncul ketika China juga menghadapi kekhawatiran atas melambatnya pemulihan ekonomi negaranya.
Dari sentimen domestik, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2024 mampu berada dalam rentang 4,7 persen hingga 5,5 persen berkat kinerja perekonomian domestik. Konsumsi rumah tangga dan investasi diyakini mampu mendorong kinerja produk domestik bruto (PDB) triwulan II-2024.
Ekspor barang meningkat didorong oleh kenaikan ekspor produk manufaktur dan pertambangan, terutama logam dan bijih logam serta besi baja ke negara mitra dagang utama seperti India dan China.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III dan IV juga diperkirakan akan tetap baik. Proyeksi positif ini juga didorong oleh rencana peningkatan stimulus fiskal dari 2,3 persen menjadi 2,7 persen dari PDB serta kinerja ekspor yang meningkat dengan kenaikan permintaan dari mitra dagang utama.