Dari sisi makroekonomi, lanjut Suhindarto, stabilitas nilai tukar rupiah, keberlanjutan surplus neraca perdagangan, dan posisi cadangan devisa yang solid menjadi faktor penopang utama kinerja pasar surat utang.
Meski begitu, beberapa risiko global tetap membayangi, seperti ketegangan geopolitik, perang dagang, dan potensi penurunan peringkat surat utang pemerintah Amerika Serikat.
Sementara itu, pasar surat utang korporasi juga menunjukkan performa yang kuat pada paruh pertama tahun ini.
Suhindarto mengungkapkan penerbitan obligasi korporasi tumbuh 48,31 persen secara tahunan pada semester I-2025.
“Nilai surat utang korporasi yang jatuh tempo di semester dua mencapai Rp96,43 triliun. Ini menjadi pendorong utama penerbitan ulang untuk kebutuhan refinancing,” kata dia.