IDXChannel - Dalam acara webinar MNC Sekuritas Inspiration Talk : Digitalisasi Pasar Modal, pada Kamis (17/9/2020), terkuak bahwa potensi pasar modal Indonesia sejatinya sangat besar namun di sisi lain banyak perusahaan digital yang belum mencatatkan saham perdananya atau Initial Public Offering (IPO).
Dijelaskan Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Sjahrir yang membandingkan BEI dengan New York Stock Exchange. 10 besar emiten di New York Stock Exchange pada 2008 adalah perusahaan energi, keuangan dan consumer goods.
"Tahun 2020, 10 besar adalah perusahaan terkait teknologi," kata Pandu juga merupakan yang Presiden Komisaris SEA Group Indonesia. Sebagai informasi, SEA Group merupakan perusahaan yang menaungi perusahaan aplikasi digital Garena, Shopee sebuah e-commerce dan Sea Money, yaitu dompet digital. Sementara di Indonesia, kata Pandu, saat ini masih sama dengan 2008.
"Ini kesempatan bagaimana kita introduce dari sisi suplai, companies yang berafiliasi teknologi," kata salah satu Dewan Komisaris Gojek ini seperti dikutip iNews.
Dilanjutkan Pandu, belum banyak perusahaan terkait teknologi di Indonesia yang masuk ke bursa. Padahal, perusahaan-perusahaan tersebut bila masuk bisa langsung terdaftar di LQ45. Sedangkan dari sisi investor, ia menyebut bahwa sudah ada 3,1 juta akun yang terdaftar di bursa dan didominasi investor lokal. Artinya, potensi pasar modal Indonesia masih sangat besar.
"Hanya 1 koma sekian persen dari total populasi yang ada, ini kesempatan," kata Pandu dalam paparannya secara virtual.
Senada dengan hal tersebut, Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan, pasar modal Indonesia saat ini sudah didominasi hampir 70 persen investor lokal. Artinya pasar Indonesia cukup kuat.
"Pasar modal yang kuat itu kalau kekuatannya ditopang oleh investor lokal, yang lebih dominan daripada asing, karena asing itu kan come and go," ujarnya.
Ditambahkan Hary, di era industri 4.0, perusahaan-perusahaan digital bertumbuh pesat dalam waktu cepat. "Tujuh besar perusahaan besar di dunia, semuanya digital atau digital related, yang umurnya mungkin belum lama," katanya.
Facebook yang baru 16 tahun dijadikan sebagai contoh, Tencent sekitar 20 tahun lebih. "Memang itulah karakteristik daripada industri 4.0, yang menyalip dari industri-industri yang sebelumnya," tuturnya.
MNC Group juga sudah bermigrasi ke dunia digital. Sebagai contoh di bidang media, ada super apps RCTI+ yang menggabungkan lima segmen, yakni video streaming, news aggregator, audio aggregator, talent search hingga games aggregator. Selain itu, juga ada over the top (OTT) Vision+.
Begitu pula di bidang keuangan, MNC Group memiliki Smart Payment Indonesia (SPIN), aplikasi superfintech ini melengkapi ekosistem jasa keuangan MNC Group. Dengan produk uang elektronik (e-money), dompet elektronik (e-wallet) dan transfer dana elektronik (digital remittance). Selain itu, di bidang asuransi memiliki produk digital.
Dengan adanya Pandu duduk di Komisaris BEI, Hary meyakini bursa akan semakin berkembang melalui digitalisasi. Prestasinya di bidang digital pun tak diragukan lagi. (*)
Advertisement
Digital Company Belum Banyak IPO, Potensi Pasar Modal Indonesia Sangat Besar
10 besar emiten di New York Stock Exchange pada 2008 adalah perusahaan energi, keuangan dan consumer goods.

Digital Company Belum Banyak IPO, Potensi Pasar Modal Indonesia Sangat Besar. (Foto: Ist)
Follow Saluran Whatsapp IDX Channel untuk Update Berita Ekonomi
Follow
Tim Editor
Advertisement
Advertisement