IDXChannel – Lo Kheng Hong (LKH) tercatat memiliki kepemilikan saham di emiten perkebunan kelapa sawit, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT). Bahkan, investor kenamaan Tanah Air tersebut tercatat menjadi pemegang saham terbesar ketiga di emiten ini.
Melansir laporan tahunan perusahaan pada 2022, Lo Kheng Hong tercatat menggenggam saham ANJT sebesar 0,15 persen atau 5.110.000 saham.
Dengan demikian, ia berada di posisi pemegang saham terbesar ketiga setelah PT Prudential Life Assurance dan Budi Yasa yang masing-masing menggenggam saham ANJT sebesar 2,45 persen dan 0,73 persen.
Informasi saja, emiten sawit yang dikoleksi Lo Kheng Hong ini memiliki area sawit tertanam sebesar 49,41 ribu hektar (ha), dengan area konservasi sebesar 97,68 ribu ha.
Adapun, perkebunan sawit emiten ini tersebar di Pulau Belitung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Papua Barat Daya.
Selain bergerak di bidang perkebunan sawit, ANJT turut menjalankan agribisnis lainnya seperti kacang edamame dan sagu, hingga mengelola biogas yang merupakan sumber energi baru dan terbarukan (EBT).
Tercatat, segmen kelapa sawit berkontribusi sebesar 98,60 persen tehadap pendapatan perusahaan di 2022.
Sedangkan, volume penjualan crude palm oil (CPO) meningkat hingga 2,60 persen secara tahunan menjadi 275,32 ribu ton, diikuti oleh peningkatan tandan buah segar (TBS) sebesar 8,40 persen menjadi 1,38 juta ton pada 2022.
Meski demikian, di kuartal I-2023, pendapatan bersih ANJT malah terkoreksi hingga 32,65 persen bahkan menanggung rugi bersih pada periode ini.
Menurut laporan keuangan emiten, pendapatan bersih ANJT merosot dari USD50,88 juta atau Rp1,14 triliun di kuartal I-2022 menjadi USD75,55 juta atau Rp766,30 miliar di kuartal I-2023 dengan asumsi kurs Rp15.062/USD.
Merosotnya pendapatan ANJT seiring dengan merosotnya penjualan minyak sawit mentah dan inti sawit masing-masing sebesar 29,86 persen dan 55,20 persen.
Adapun, pendapatan dari penjualan minyak sawit mentah dan inti sawit di kuartal I-2023 masing-masing mencapai USD45,09 juta (Rp679,10 miliar) dan USD4,71 juta (Rp71 miliar).
Di samping itu, pendapatan dari tepung sagu juga turun 24,79 persen menjadi USD284,90 ribu (Rp4,29 miliar) di kuartal I-2023, meski pendapatan dari penjualan edamame dan pendapatan lainnya melesat masing-masing sebesar 79,35 persen dan 79,01 persen di periode ini.
Selain itu, ANJT juga menerima pendapatan dari tandan buah segar sebesar USD276,01 ribu atau Rp4,16 miliar pada kuartal I-2023.
Hingga kuartal I-2023, aset dari ANJT naik 2,80 persen dibanding tahun 2022, yakni menjadi USD619,47 miliar atau Rp9,33 triliun, diikuti dengan ekuitas perusahaan yang naik 1,38 persen menjadi USD429,97 juta (Rp6,48 triliun).
Sedangkan, dibanding tahun 2022, liabilitas dari ANJT juga naik 6,18 persen pada periode ini menjadi USD189,50 juta atau Rp2,85 triliun.
Kendati mencatatkan kinerja yang terkoreksi di kuartal I-2023, kinerja saham ANJT sepanjang 2023 masih menghijau.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) per sesi I, Senin (22/5), saham ANJT naik 2,26 persen secara year to date (YTD).
Meski demikian, dalam seminggu terakhir, saham emiten ini memerah 2,16 persen ke level Rp680/saham.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.