Hal ini sebagian besar karena investor masih menganggap konflik belum berdampak luas terhadap ekonomi global. Namun, pergerakan pasar bisa menjadi lebih drastis jika Iran merespons dengan tindakan besar seperti memblokade Selat Hormuz yang merupakan jalur penting distribusi minyak dan gas, atau menyerang pasukan AS di kawasan, menurut pengamat pasar.
"Semuanya tergantung bagaimana konflik ini berkembang, dan sejauh ini perubahannya bisa terjadi dari jam ke jam," kata manajer investasi senior di Pictet Asset Management, Evgenia Molotova.
Iran sendiri menyatakan akan menggunakan segala cara untuk mempertahankan kedaulatannya. Di sisi lain, Israel melanjutkan serangannya dengan menargetkan fasilitas militer di Tehran dan wilayah barat Iran.
Meski begitu, tekanan di pasar tampaknya masih akan terbatas karena sebagian pelaku pasar sudah mengantisipasi kemungkinan konflik akan memburuk. Indeks MSCI All Country World telah melemah 1,5 persen sejak Israel menyerang Iran pada 13 Juni.
Para manajer dana sudah mulai mengurangi kepemilikan saham, valuasi saham tak lagi terlalu mahal, dan permintaan lindung nilai (hedging) meningkat, yang berarti tekanan jual besar-besaran tidak terlalu mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Reaksi paling besar sejak awal eskalasi justru terjadi di pasar minyak. Kontrak Brent melonjak 11 persen menjadi USD77 per barel.
Para pedagang bersiap menghadapi kemungkinan lonjakan harga minyak lebih lanjut, meskipun arah krisis masih belum jelas.
(NIA DEVIYANA)