sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Dolar AS Menguat Usai Berakhirnya Shutdown, Investor Nantikan Rilis Data Ekonomi 

Market news editor Nia Deviyana
17/11/2025 09:30 WIB
Investor bersiap menanti rilis sederet data ekonomi usai berakhirnya penutupan pemerintahan (government shutdown).
Dolar AS Menguat Usai Berakhirnya Shutdown, Investor Nantikan Rilis Data Ekonomi. Foto: AP.
Dolar AS Menguat Usai Berakhirnya Shutdown, Investor Nantikan Rilis Data Ekonomi. Foto: AP.

IDXChannel - Dolar Amerika Serikat (AS) sedikit menguat pada Senin (17/11/2025), di mana investor bersiap menanti rilis sederet data ekonomi usai berakhirnya penutupan pemerintahan (government shutdown).

Investor berharap data yang dipublikasikan bisa memberi kejelasan terkait prospek kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) pada Desember.

Reaksi pasar terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump yang membatalkan tarif atas lebih dari 200 produk makanan cenderung datar. Beberapa analis mengatakan langkah itu tidak mengejutkan karena terkait tekanan biaya hidup.

"Saya melihat risikonya cenderung pada angka payrolls yang lebih lemah, dan itu bisa memicu kembali ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga FOMC Desember serta menekan dolar AS," kata ahli strategi valas di Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong.

Melansir Mint, Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap mata uang utama sedikit naik ke 99,37.

Euro turun 0,11 persen ke USD1,1607, sementara dolar Australia memangkas sebagian kenaikan minggu lalu dan melemah 0,15 persen ke USD0,6527. Dolar Selandia Baru juga turun 0,12 persen ke USD0,5673. 

Meskipun data sektor swasta terbaru menunjukkan sinyal pelemahan lanjutan ekonomi AS, investor mulai mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga bulan depan, dengan bertaruh bahwa kekosongan data akan menunda atau bahkan menggagalkan pelonggaran lebih lanjut.

Saat ini pasar memperkirakan peluang sedikit di atas 40 persen untuk pemangkasan suku bunga 25 bps bulan depan, turun dari lebih 60 persen pada awal bulan.

Namun, hal itu belum mampu mengangkat dolar secara signifikan, yang pekan lalu ikut terseret dalam aksi jual besar bersama saham dan obligasi AS.

"Kami menduga pelemahan dolar AS pada November ini mencerminkan para spekulan yang menutup posisi beli dolar menjelang volatilitas tinggi, karena laju rilis data AS yang lebih banyak dari biasanya dalam beberapa minggu ke depan,” kata ahli strategi FX dan suku bunga global di Macquarie Group, Thierry Wizman.

Pound Inggris diperdagangkan 0,11 persen lebih rendah di USD1,3161 pada Senin, setelah pergerakan tajam di akhir pekan lalu setelah berita Menteri Keuangan Rachel Reeves tidak berencana menaikkan tarif pajak penghasilan dalam anggaran mendatang.

Hal itu mengkhawatirkan investor yang sebelumnya memperkirakan adanya kenaikan pajak untuk menutup kekurangan fiskal, sehingga memicu lonjakan biaya pinjaman pemerintah pada Jumat.

Yen berada dekat level 155 per dolar, terakhir di 154,60, membuat pelaku pasar waspada terhadap kemungkinan intervensi dari otoritas Jepang untuk menahan pelemahan yen.

Mata uang tersebut hampir tidak bereaksi terhadap data Senin yang menunjukkan ekonomi Jepang mengalami kontraksi tahunan 1,8 persen pada kuartal Juli–September, penurunan pertama dalam enam kuartal akibat terpukulnya ekspor karena tarif AS.

(NIA DEVIYANA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement