Dia menerangkan, pemerintah saat ini juga sedang gencar menerbitkan instrumen obligasi retail untuk mendiversifikasi basis investor domestik.
Dengan investor lembaga keuangan non bank yang meningkat, ditambah dengan retail yang meningkat, bisa dikatakan bahwa ini membantu menahan pasar obligasi RI dari volatilitas yang cukup tinggi.
"Terlebih, saat ini yield US Treasury hampir menyamai yield S&P 500. Namun, dengan tekanan jual yang tinggi ini berarti harganya akan turun, artinya US Treasury akan sangat ter-discount dari sisi harga sehingga ini akan menjadi peluang capital gain yang menarik ketika harganya lagi rendah," ungkap Roby.
Ditambah lagi, jelas dia, ekspektasinya mungkin di akhir tahun 2024, ada kemungkinan bagi The Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga acuan. Sehingga, dengan US Treasury yang harganya turun, bisa menjadi daya tarik bagi investor global untuk masuk sekarang, antisipasi The Fed menurunkan suku bunga.
"Karena begitu The Fed menurunkan suku bunga, harga dari US Treasury akan naik kembali," pungkas Roby.
(YNA)