Sebelumnya, Nomura memperkirakan kinerja perbankan Indonesia lesu pada paruh pertama 2025, seiring lemahnya permintaan kredit dan ketatnya likuiditas, meskipun ada potensi pelonggaran dari jatuh tempo instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Dalam riset terbarunya, Nomura, dikutip Dow Jones Newswires, Senin (23/6/2025) lalu, menurunkan proyeksi pertumbuhan kredit tahunan untuk periode 2025 hingga 2027 sebesar 1 persen menjadi hanya 4 persen. Dengan revisi ini, estimasi pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) selama tiga tahun ke depan dipangkas menjadi 8 persen dari sebelumnya 9 persen.
Kondisi likuiditas diperkirakan tetap menantang, tercermin dari pertumbuhan uang beredar (M2) yang stagnan di kisaran 5 persen, serta rasio kredit terhadap simpanan (LDR) yang tinggi, sekitar 91 persen.
Meski belanja pemerintah diperkirakan mendorong pemulihan kinerja perbankan pada semester kedua, secara keseluruhan pertumbuhan kredit sepanjang tahun ini dinilai akan tetap di bawah 10 persen.
Analis Nomura, Tushar Mohata, mencatat bahwa berdasarkan laporan keuangan bank per Mei year-to-date (YtD) 2025, permintaan kredit masih lemah. Selain itu, likuiditas masih ketat dan biaya kredit (credit cost) diproyeksikan tetap tinggi.