Direktur Utama BRI, Sunarso, menyatakan perang dagang AS-China dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 0,2 persen tahun depan, bahkan lebih jika negara lain turut membalas.
"Kita harus berhati-hati jika AS menjadi protektif dan China merespons dengan perang dagang. Dampaknya cukup signifikan bagi kita," ujarnya, dikutip Reuters, 13 November 2024.
BRI sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 4,9–5,2 persen pada 2025, tetapi angka ini bisa turun menjadi 4,6–4,9 persen jika perang dagang meluas.
Sementara, Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, menambahkan, perang dagang dapat memengaruhi harga komoditas global, yang sangat bergantung pada permintaan China.
Sebagai eksportir besar minyak kelapa sawit, batu bara, nikel, timah, dan karet, Indonesia berisiko terkena dampak langsung.