IDXChannel – Proyek pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara (IKN) berpotensi menjadi sentimen positif bagi saham semen ke depannya di tengah fundamental emiten yang sedang loyo sepanjang 2023.
Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SIG (SMGR), Donny Arsal mengatakan, proyek IKN tersebut menjadi sentimen positif bagi industri konstruksi, terutama dari sisi kebutuhan semen sebagai bahan baku utama pembangunan.
Donny memproyeksikan, kebutuhan semen untuk pembangunan IKN tahap awal yang dilakukan hingga 2024 bisa tembus 1 juta ton per tahun. Bahkan kebutuhan tersebut masih bisa meningkat lebih banyak lagi seiring pembangunan yang dilakukan.
"Ke depannya iya (booster untuk industri semen), tapi sekarang baru tahap awal. Semen yang dibutuhkan mungkin sekitar 1 juta ton/tahun. Nanti akan bertahap kebutuhan akan meningkat, karena itu kan pembangunan jangka panjang hingga 20 tahun lebih," ujar Donny saat ditemui MNC Portal di Kantor Pusat SIG, Selasa (16/5).
Donny mengungkapkan, saat ini, perseroan telah memiliki tiga pabrik pengemasan semen yang berlokasi di Kalimantan, yakni di Balikpapan, Samarinda, dan Banjarmasin.
Pabrik penggilingan semen SIG di Pulau Sumatera saja sudah terdapat empat lokasi dengan total kapasitas produksi semen mencapai 4,7 juta ton. Produksi tersebut dikontribusikan dari pabrik penggilingan di Baturaja I, Baturaja II, Palembang dan Panjang.
"Saat ini kita sudah punya tiga pabrik pengemasan di situ (Kalimantan). Sampai saat ini, kita bisa supply dari Tonasa dan Tuban dan pabrik pengemasan tersebut," pungkas Donny.
Fundamental Loyo, Industri Semen Masih Punya Prospek Menarik?
Kendati sentimen IKN bisa berpotensi menjadi katalis positif bagi industri semen ke depannya, emiten-emiten semen, tak terkecuali SMGR tengah mencatatkan fundamental yang loyo sepanjang 2023.
Melansir riset BRI Danareksa bertajuk “Cement; Expecting Sequential Margins Recovery After 1Q23” yang dirilis pada Selasa (9/5), penjualan semen domestik di kuartal I-2023 turun hingga 7,20 persen year on year (yoy) akibat curah hujan yang tinggi dan pergeseran belanja konsumen dari tekanan inflasi.
Tercatat, penjualan semen domestik SMGR merosot 6,30 persen menjadi Rp7,40 juta meski penjualan ekspor naik hingga 16,40 persen yoy menjadi Rp1,96 juta ton.
Walau demikian, meski mengalami penurunan penjualan domestik, volume ekspor dua emiten semen, yakni SMGR dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) masih menunjukkan pertumbuhan positif.
“Volume penjualan ekspor yang lebih baik telah membantu SMGR secara signifikan, karena volume penjualan ekspor menyumbang 21 persen dari total volume penjualan perusahaan,” tulis riset tersebut.
Lebih lanjut, BRI Danareksa berharap, baik SMGR maupun INTP dapat mempertahankan pertumbuhan volume ekspor yang positif hingga sisa tahun 2023.
Di sisi lain, dari segi margin, SMGR dan INTP juga membukukan penurunan margin pada kuartal I-2023 secara kuartalan (qoq). Ini sejalan dengan pola historis dari margin SMGR dan INTP yang membukukan margin lebih rendah pada kuartal I dibanding kuartal IV.