Selain kinerja perusahaan yang loyo, saham SMGR juga terkoreksi sepanjang tahun 2023. Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan Rabu (17/5), saham SMGR turun 9,89 persen secara year to date (YTD).
Berbeda nasib, saham INTP justru bertumbuh hingga 4,80 persen sepanjang 2023. (Lihat grafik di bawah ini.)
Meski emiten-emiten di atas mencatatkan fundamental yang loyo, BRI Danareksa masih memberikan rating overweight bagi industri semen.
“Kami mempertahankan rating overweight bagi industri semen seiring dengan perkiraan kami terhadap pemulihan margin pada kuartal II disertai dengan pasokan semen yang mengalami perbaikan dibanding kutal I-2023,” tulis riset tersebut.
Setali tiga uang, CGS CIMB juga memberikan rating overweight bagi sektor ini. Dalam risetnya pada Jumat (5/5) yang bertajuk “Cement: 1Q23 Analyst Call Takeaways”, ekspansi margin dan proyeksi pertumbuhan pendapatan yang solid pada tahun 2023 menjadi faktor pendorong.
Namun demikian, terdapat sejumlah risiko yang dapat mempengaruhi penurunan rating tersebut,seperti perubahan regulasi domestic market obligation (DMO), permintaan yang lebih lemah, hingga penerapan pajak karbon dan peraturan zero Over Dimension Over Load (ODOL).
“Sedangkan pelemahan harga batu bara hingga perbaikan volume penjualan dalam negeri turut menjadi katalis pemeringkatan ulang,” tulis CGS CIMB.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.