Menurut penelitian Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), produktivitas kelapa sawit dapat meningkat 20-25 persen dari tanaman konvensional jika dikembangkan melalui kultur jaringan.
Cahyo menjelaskan, tanaman kelapa sawit dari hasil kultur jaringan memiliki sifat genetik yang sama dengan pohon yang akan dikloning.
"Tidak hanya dari varietas unggul, produktivitas tanaman juga harus didukung dengan pemupukan yang tepat, pengendalian hama dan penyakit, serta teknologi kecerdasan buatan yang membantu proses budi daya tanaman sawit. Untuk itu, inovasi dalam perawatan tanaman juga tetap harus dieksplorasi," ujar Cahyo.
Sebelumnya, AALI telah menciptakan pupuk hayati Astemic yang dikembangkan dengan pemanfaatan teknologi hayati mikroba unggul yang bersumber dari kebun-kebun AALI.
Pupuk hayati ini telah digunakan secara internal yang berhasil mengurangi 25 persen penggunaan pupuk kimia selain juga mengurangi emisi karbon. Dengan kolaborasi BRIN, AALI membuka diskusi untuk turut melakukan inovasi pengembangan pupuk hayati yang dapat memenuhi prinsip berkelanjutan.