Di samping beban operasional, beban pemeliharaan dan perbaikan juga melesat 39 persen menjadi USD537 juta. Lonjakan berbagai beban itu membuat total beban usaha Garuda mencapai USD3,11 miliar, naik 18 persen, melebihi laju pertumbuhan pendapatan.
Garuda juga terbebani juga dengan biaya keuangan yang mencapai USD480 juta, naik dibandingkan 2023 sebesar USD457 juta. Tingginya beban bunga ini disebabkan utang Garuda yang menembus USD3,8 miliar atau Rp61 triliun.
Akan tetapi, pos pendapatan lain-lain yang menopang kinerja Garuda pada 2023 turun 84 persen menjadi USD55 juta. Begitu juga dengan absennya keuntungan dari restrukturisasi yang pada 2023 menimbulkan tambahan USD48 juta.
Dengan demikian, rugi bersih GIAA yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai USD72,7 juta dengan rugi per saham dasar sebesar USD0,00079.
Kerugian yang dialami Garuda pada tahun lalu juga semakin membuat saldo defisit ikut membengkak. Pada akhir Desember 2024, akumulasi rugi perseroan setelah kuasi organisasi pada 2012 mencapai USD3,5 miliar atau Rp56 triliun.
(Rahmat Fiansyah)