Boikot dari Timur Tengah hingga ASEAN
Aksi boikot Starbuck cukup besar di wilayah Timur Tengah. Penjualan kedai-kedai Starbucks di sana anjlok cukup dalam. Pada bulan Maret, pemegang waralaba Starbucks di Timur Tengah, Alshaya Group, sampai memberhentikan lebih dari 2.000 karyawan, atau 4 persen dari tenaga kerjanya.
Pada Mei 2024, operasi Starbucks di Malaysia, yang dijalankan oleh perusahaan investasi Berjaya Food Berhad yang berpusat di Kuala Lumpur, juga melaporkan penurunan pendapatan ketiga berturut-turut di 411 toko berlisensinya, dan penurunan pendapatan hampir 50 persen pada kuartal pertama tahun ini.
Untuk wilayah Indonesia, pemegang lisensi waralaba Starbucks tanah air, PT Sari Coffee Indonesia, memperkirakan penurunan penjualan akibat sentimen boikot Israel mencapai 35 persen. Padahal perusahaan telah menjelaskan bahwa pemegang lisensi Starbucks di Indonesia saat ini adalah perusahaan lokal.
Starbucks hanyalah salah satu dari banyak merek Barat yang mengalami penurunan pendapatan setelah boikot dan protes atas dukungan mereka terhadap Israel. Di media sosial, beredar daftar puluhan merek yang masuk daftar hitam karena dukungan mereka terhadap Israel.
(Febrina Ratna)