“Rendahnya data Purchasing Managers' Index (PMI) dan inflasi secara berturut lebih dari enam bulan juga menjadi sinyal lemahnya demand dari masyarakat,” tuturnya.
Tak hanya sektor ritel, menurut Michael, sektor pergudangan juga ikut terimbas cukup kuat oleh pelemahan ekonomi. “Dan pergudangan merupakan salah satu sektor yang terdampak kuat,” ujarnya.
Namun di balik tekanan tersebut, Michael melihat adanya pergerakan strategis dari kalangan pengusaha besar. “Justru di sinilah menariknya jika kita melihat gerak-gerik dari para pengusaha taipan atau konglomerat di Indonesia,” kata Michael.
Ia mencontohkan kondisi saat pagebluk COVID-19 sebagai pembanding. “Ketika terjadi COVID-19, banyak pengusaha yang kesulitan dalam cashflow, terutama di bisnis perhotelan, justru diakuisisi oleh konglomerat lain,” katanya.
Hal serupa kini terlihat dalam aksi akuisisi sejumlah emiten properti oleh entitas besar. “Dengan diakuisisinya SSIA serta MMLP, maka bisa kita asumsikan secara forecast, para konglomerat ini melihat potensi dari pemulihan ekonomi di Indonesia,” tutur Michael.