Tak hanya itu, kerja sama kedua pihak juga diarahkan untuk mendukung upaya GGRP dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, yang sejalan dengan standar internasional.
"Dukungan ini mencakup menjajaki berbagai opsi pendanaan untuk mendukung keputusan Perseran dalam menonaktifkan Blast Furnace yang baru dibangun, namun belum pernah dioperasikan, serta meningkatkan efisiensi energi teknologi EAF dan menilai opsi dan teknologi proses hilir yang baru," ujar Kimin.
Kimin menjelaskan, permintaan baja global diperkirakan akan meningkat 30 persen pada 2050, dan sebagian besar dari peningkatan tersebut akan dipenuhi oleh Asia.
Produksi baja Indonesia sendiri telah meningkat lebih dari 90 persen sejak 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun ini.
Karenanya, investasi IFC di GGRP datang pada waktu yang tepat, seiring dengan ambisi Indonesia untuk menjadi produsen baja global dan mencapai emisi nol bersih pada 2060.