Harga minyak saat itu mencapai rekor USD126 sebelum turun ke USD31 tujuh bulan kemudian. Bagi investor yang membeli saham BUMI di harga puncak ini pasti punya asumsi bahwa saham ini underpriced karena memprediksi harga minyak masih naik terus.
Saat krisis 2008, harga saham BUMI turun mengikuti jejak harga minyak dunia dan batubara.
Berbeda dengan ASII yang terdiskon 60% dalam 3 minggu, saham BUMI turun 94% dari Rp8.750 ke Rp500 dalam waktu 7 bulan.
Artinya banyak waktu bagi investor untuk berpikir apakah asumsi waktu beli masih berlaku atau tidak, dan melakukan cut loss.
4. Harga Saham Overpriced
Terakhir, harga saham sudah overpriced alias kemahalan. Ketika harga saham sudah naik terlalu tinggi, ditunjukkan dengan PER (price earnings ratio) di atas 20 kali, sebaiknya kita realisasi keuntungan dan memindahkan dana ke saham lain yang lebih prospektif.
Itulah penjelasan kapan waktu yang tepat jual saham. Semoga informasi ini berguna bagi Anda dan menambah wawasan Anda.