sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Batu Bara Naik, Intip Gerak Saham DOID-INDY Cs

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
09/08/2024 14:37 WIB
Sejumlah saham emiten batu bara utama cenderung menghijau pada lanjutan sesi II, Jumat (9/8/2024), di tengah kenaikan harga komoditas energi acuannya.
Harga Batu Bara Naik, Intip Gerak Saham DOID-INDY Cs. (Foto: Freepik)
Harga Batu Bara Naik, Intip Gerak Saham DOID-INDY Cs. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Sejumlah saham emiten batu bara utama cenderung menghijau pada lanjutan sesi II, Jumat (9/8/2024), di tengah kenaikan harga komoditas energi acuannya.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 14.25 WIB, saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) meningkat 3,52 persen ke Rp735 per saham. Dengan ini, saham DOID sudah menguat selama tiga hari beruntun.

Di bawah DOID, saham PT Indika Energy Tbk (INDY) terapresiasi 3,30 persen, PT ABM Investama Tbk (ABMM) bertumbuh 1,89 persen.

Kemudian, saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) mendaki 1,15 persen, PT Resources Alam Indonesia Tbk (KKGI) terangkat 0,93 persen, PT Harum Energy Tbk (HRUM) 0,86 persen, PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) 0,83 persen.

Tidak hanya itu, saham PTBA naik 0,39 persen, CUAN 0,32 persen, hingga UNTR 0,30 persen.

Diwartakan sebelumnya, harga batu bara Newcastle kembali naik pada perdagagan Kamis (8/8), mendekati level psikologis USD150 per ton, di tengah naiknya harga gas alam.

Berdasarkan data pasar, kontrak berjangka (futures) batu bara Newcastle pengiriman September 2024 menguat 0,74 persen secara harian ke USD149,00 per ton pada Kamis.

Dengan demikian, membuat harga batu bara sudah terapresiasi 3,62 persen dalam sepekan dan 9,56 persen dalam sebulan belakangan.

Menurut Alex Claude, CEO DBX—sebuah perusahaan riset komoditas—seperti dikutip Montel (6/8), penguatan batu bara, termasuk di pasar Eropa telah terjadi sejak awal Juli seiring pengaruh positif dari pasar gas dan beberapa kendala ekspor.

Namun, Claude menyebutkan, kenaikan lebih lanjut mungkin terbatas oleh meningkatnya ekspor dari Kolombia dan Afrika Selatan serta keterbatasan kapasitas pembangkit. Meskipun harga gas yang lebih tinggi membuat pembakaran batu bara lebih ekonomis, kapasitas pembakaran batu bara di Eropa masih terbatas.

Sementara, kontrak gas Eropa TTF naik 4,28 persen ke EUR40,09 per MWh pada Kamis dan 4,84 persen pada Rabu. Kenaikan gas alam Eropa terjadi seiring para trader terus mempertimbangkan dampak dari intrusi Ukraina ke Rusia barat daya.

Masih mengutip Montel (8/8), pasukan Ukraina di awal pekan ini telah melintasi perbatasan ke wilayah Kursk di Rusia, dengan laporan pertempuran sengit di dekat kota Sudzha, tempat sistem gas Rusia terhubung dengan pipa transit Ukraina, menurut media lokal hari Rabu.

Ada laporan yang belum terkonfirmasi bahwa pasukan Ukraina telah merebut pabrik kompresi gas Sudzha, meskipun juru bicara sistem transportasi gas Ukraina, GTSOU, tidak dapat mengonfirmasi hal ini.

Namun, informasi dan rekaman video yang dipublikasikan di platform geolokasi Geoconfirmed tampaknya menunjukkan tawanan perang Rusia di luar fasilitas tersebut.

“Jika ini benar, kemungkinan besar langkah ini diambil sebagai bentuk pertahanan dari pihak Ukraina,” kata seorang trader komoditas energi yang berbasis di Ukraina.

“Orang Rusia lebih bergantung pada stasiun pemompaan ini dibandingkan Ukraina – ini lebih berharga bagi mereka. Jadi, ini bisa menjadi alat tawar-menawar di masa depan,” tutur trader tersebut

“Siapa pun yang mengendalikan pompa ini berada dalam posisi yang jauh lebih kuat,” katanya.

Pelaku pasar, dikutip Montel, mengatakan, pergerakan di pasar gas membuat batu bara menjadi opsi yang lebih menarik dalam pembangkit listrik.

“Dengan harga gas yang melonjak, batubara menjadi semakin menguntungkan dibandingkan gas lagi,” kata seorang analis dari sebuah utilitas di Jerman.

Kabar dari China

Kelompok industri batu bara China menyatakan, dilansir dari Mining.com (7/8), impor batu bara tahun ini diperkirakan mencapai setidaknya 500 juta ton, melampaui rekor sebelumnya dan perkiraan pasar.

Jika pengiriman terus tumbuh dengan kecepatan saat ini, angka ini akan menjadi 5 persen lebih tinggi dari 474,42 juta ton di 2023.

Perkiraan ini juga sesuai dengan prediksi trader pada konferensi impor batu bara Maret lalu.

Meskipun permintaan batu bara secara keseluruhan tidak terlalu tinggi, impor diperkirakan tetap mendekati angka 500 juta ton tahun depan atau sedikit lebih rendah. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement