sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Batu Bara Rebound Hampir 4 Persen di Tengah Ketidakpastian Permintaan

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
23/02/2024 12:04 WIB
Kontrak berjangka (futures) batu bara Newcastle menguat 3,83 persen di level USD119,4 per ton pada penutupan perdagangan Kamis (22/2/2024).
Harga Batu Bara Rebound Hampir 4 Persen di Tengah Ketidakpastian Permintaan. (Foto: Freepik)
Harga Batu Bara Rebound Hampir 4 Persen di Tengah Ketidakpastian Permintaan. (Foto: Freepik)

Tak hanya di Indonesia, harga batu bara kokas di Australia juga terus menurun sejak awal tahun. Secara khusus, menurut S&P Global, selama 1-8 Februari 2024, harga bahan baku turun sebesar 2,3 persen dibandingkan minggu sebelumnya – menjadi USD315,5/t FOB, dan sebesar 5,2 persen sejak awal tahun.

Pada akhir tahun 2023 dan awal Januari 2024, harga batu bara kokas di Australia naik karena pasar melihat peningkatan permintaan bahan baku Australia akibat permasalahan di Laut Merah yang menghambat pasokan bahan baku dari Amerika Serikat.

Pada saat yang sama, perusahaan pertambangan Australia merasa tidak yakin mengenai permintaan volume pasokan pada Januari dan Februari.

Berdasarkan laporan Badan Energi Internasional (IEA), permintaan batu bara global pada tahun 2023 menunjukkan peningkatan sebesar 1,4 persen pada tahun 2023, melampaui 8,5 miliar ton untuk pertama kalinya.

Peningkatan global ini menutupi perbedaan yang mencolok antar wilayah. Konsumsi diperkirakan akan mengalami penurunan tajam di sebagian besar negara maju pada tahun 2023, termasuk rekor penurunan konsumsi di Uni Eropa dan Amerika Serikat yang masing-masing sebesar sekitar 20 persen.

Sementara itu, permintaan di negara-negara berkembang dan berkembang masih sangat tinggi, meningkat sebesar 8 persen di India dan 5 persen di China pada 2023 karena meningkatnya permintaan listrik dan lemahnya keluaran pembangkit listrik tenaga air.

Namun, laporan tersebut memperkirakan permintaan batubara global akan turun sebesar 2,3 persen pada 2026 dibandingkan dengan tingkat pada tahun 2023, bahkan tanpa adanya pemerintah yang mengumumkan dan menerapkan kebijakan energi bersih dan iklim yang lebih kuat.

Penurunan ini diperkirakan didorong oleh perluasan besar-besaran kapasitas energi terbarukan yang mulai beroperasi dalam tiga tahun hingga tahun 2026. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement