Hal tersebut mempengaruhi operasi penambangan selama semester pertama 2021. Alhasil produksi batu bara mencapai 26,49 juta ton, turun 3 persen secara year on year, menyusul penjualan batu bara yang ikut merosot sebesar 5 persen (YoY) mencapai 25,78 juta ton.
Naiknya harga rata-rata di tingkat global membuat beban pokok pendapatan ADRO ikut terseret naik 2 persen (YoY) mencapai USD1.064 juta yang juga dipicu kenaikan biaya penambangan dan harga bahan bakar.
Sementara laba inti perusahaan dilaporkan melesat 45 persen (YoY) mencapai US$330 juta atau setara Rp4,6 triliun (belum termasuk komponen non-operasional setelah pajak).
Berkaitan dengan aset, ADRO melaporkan peningkatan 1 persen dari periode yang sama tahun lalu yakni mencapai US$6.739 juta. Total liabilitas perseroan tercatat relatif stabil year on year yaitu USD2.692. (RAMA)