IDXChannel - Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) berjangka (futures) Malaysia kembali menguat 1,46 persen di level MYR3.862 per ton pada Selasa (7/5/2024).
Sebelumnya, menjelang perdagangan akhir pekan Jumat (3/5), CPO naik 1,94 persen di level MYR3.888 per ton.
Melansir Trading Economics, harga minyak sawit sudah meningkat MYR121 per ton atau 3,25 persen sejak awal 2024, menurut perdagangan contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini.
Secara historis, harga CPO sempat mencapai angka tertinggi sepanjang masa yaitu MYR7.268 per ton pada Maret 2022.
Secara bulanan, harga CPO tergerus 11,05 persen dan secara mingguan menguat 2,20 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Kini pasar CPO mencoba untuk pulih dari level terendah dalam dua bulan yang dicapai pada dua pekan lalu, didukung oleh kenaikan harga minyak mentah dan tanda-tanda ekspor yang kuat.
Sebelumnya, harga CPO sempat mencapai level new all time high (ATH) sejak 2023 pada level MYR4.579 per ton naik 2,58 persen pada 3 April 2024 karena optimisme permintaan jelang hari raya Idul Fitri, termasuk di Indonesia.
Data surveyor kargo menunjukkan bahwa pengiriman produk minyak sawit Malaysia untuk periode 1-20 April meningkat antara 10,2 persen hingga 14,3 persen dibandingkan periode yang sama di Maret.
Lembaga riset Fastmarkets memprediksi, harga CPO akan mencapai level tertinggi MYR4.000-4.200 per ton dalam tiga bulan pertama 2024. Permintaan CPO meningkat sepanjang Februari menjelang puasa Ramadhan dan periode perayaan Idul Fitri.
Harga CPO sempat menembus level MYR4.000 per ton untuk pertama kalinya dalam lima bulan dan ditutup pada MYR4.017 per ton pada 26 Januari lalu.
Meskipun harga CPO tidak mampu bertahan pada level tersebut menyusul tekanan yang berasal dari melemahnya minyak pesaing dan melambatnya permintaan ekspor.
Terlepas dari itu, harga CPO juga secara umum diperkirakan akan membaik pada tahun 2024, rata-rata dibandingkan dengan harga tahun sebelumnya sebesar MYR3.796 per ton yang sebagian besar didukung oleh perkiraan produksi yang rendah hingga stagnan di tengah kuatnya pemulihan permintaan ekspor.
Informasi saja, minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang paling banyak digunakan di dunia, menyumbang sekitar 36 persen dari produksi minyak nabati global.
Secara tradisional CPO digunakan dalam manufaktur makanan dan minyak goreng serta di sektor oleokimia untuk memproduksi kosmetik, produk pembersih, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan minyak sawit dan turunannya sebagai bahan baku produksi energi terbarukan juga telah berkembang selama dua dekade terakhir.
Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan minyak sawit melebihi penggunaan tradisionalnya, dengan USDA memperkirakan konsumsi minyak sawit pada tahun 2023-24 akan tumbuh sebesar 4,76 persen menjadi 78,06 juta ton. (ADF)