Mengutip Tradingeconomics, asosiasi penggilingan mencatat bahwa produksi selama 1-15 September turun 4,0 persen dibandingkan periode yang sama pada Agustus.
Di Indonesia, yang notabene eksportir minyak sawit terbesar, pemerintah akan menerapkan kebijakan pungutan bulanan baru, di mana produk olahan yang lebih lanjut akan dikenakan tarif yang lebih rendah.
Sementara, harga minyak mentah mencatat kenaikan mingguan kedua berturut-turut, seiring dengan rencana kilang-kilang di AS untuk melakukan periode perawatan teringan dalam tiga tahun terakhir, yang diperkirakan mendorong permintaan dalam beberapa bulan mendatang.
Namun, penguatan ringgit Malaysia membatasi sentimen positif ini, ditambah dengan kebijakan India, pembeli terbesar minyak sawit, yang menaikkan bea masuk dasar untuk minyak nabati mentah dan olahan sebesar 20 poin persentase menjadi 27,5 persen mulai 14 September.
Menurut Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOC), harga minyak sawit mentah diperkirakan tetap stabil bulan ini, karena penguatan ringgit mengimbangi pasokan yang lebih ketat dan ekspor yang stagnan ke tujuan utama.