Harga minyak sawit mengikuti pergerakan harga minyak nabati pesaing karena bersaing dalam pasar minyak nabati global.
Di sisi lain, nilai tukar ringgit Malaysia—mata uang kontrak perdagangan—menguat 0,21 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sehingga membuat kontrak minyak sawit menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang asing.
Mengutip Trading Economics, volume ekspor juga diperkirakan mencapai puncaknya sekitar bulan Agustus. Data industri menunjukkan bahwa pengiriman minyak sawit pada Mei melonjak 25,6 persen dibandingkan April, mencapai 1,39 juta ton—level tertinggi sejak November.
Stok akhir Mei naik 6,65 persen menjadi 1,99 juta ton, mencatat kenaikan bulanan ketiga berturut-turut dan merupakan level tertinggi sejak September 2024.
Produksi minyak sawit mentah juga meningkat untuk bulan ketiga, naik 5,05 persen menjadi 1,77 juta ton.