IDXChannel - Harga minyak sawit mentah (CPO) melemah untuk hari ketiga berturut-turut pada Selasa (30/9/2025), tertekan oleh pelemahan harga minyak nabati saingan dan minyak mentah. Meski begitu, pasar masih berada di jalur kenaikan kuartalan.
Menurut data pasar, pukul 15.20 WIB, kontrak acuan CPO untuk pengiriman Desember di Bursa Malaysia Derivatives Exchange merosot 1,00 persen ke MYR4.340 per ton metrik pada awal perdagangan.
Selama sebulan terakhir, CPO turun 1,48 persen, sedangkan selama tiga bulan belakangan meningkat 6,66 persen.
Menurut trader di Iceberg X, Kuala Lumpur, David Ng, dikutip Dow Jones Newswires, harga CPO turun pada perdagangan Asia, mengikuti pelemahan harga minyak kedelai semalam di Chicago Board of Trade.
Namun, ia menilai tren penurunan ini tidak akan berlanjut. Menurutnya, produksi yang lemah dan permintaan yang kuat masih menopang sentimen pasar ke depan.
David Ng memproyeksikan level support CPO di MYR4.300 per ton, dengan resistance di MYR4.480 per ton.
Di bursa Dalian, dikutip Reuters, kontrak minyak kedelai teraktif turun 0,66 persen, sementara kontrak minyak sawit melemah 0,58 persen.
Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade juga terkoreksi 0,34 persen. Minyak sawit cenderung mengikuti pergerakan harga minyak nabati lain karena bersaing di pasar minyak nabati global.
Harga minyak mentah turun setelah adanya rencana peningkatan produksi OPEC+ serta dimulainya kembali ekspor minyak dari Kurdistan, Irak, melalui Turki.
Kondisi ini memperkuat prospek kelebihan pasokan. Pelemahan harga minyak mentah juga membuat sawit kurang menarik sebagai bahan baku biodiesel.
Sementara itu, para penyurvei kargo diperkirakan merilis estimasi ekspor September pada hari ini.
Di sisi lain, ringgit—mata uang perdagangan minyak sawit—melemah tipis 0,02 persen terhadap dolar AS, sehingga membuat komoditas ini sedikit lebih murah bagi pembeli dengan mata uang asing.
Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) menyebut stok sawit negara tersebut diperkirakan turun dalam beberapa bulan mendatang, berakhir di sekitar 1,7 juta ton metrik pada akhir tahun.
Penurunan itu terjadi karena produksi musiman yang melambat bersamaan dengan meningkatnya ekspor untuk memenuhi permintaan musim perayaan. (Aldo Fernando)