Sepanjang tahun 2025, harga emas telah naik +37,88 persen year-to-date (ytd) dalam dolar AS dan +40,67 persen ytd dalam rupiah. Hal ini memperkuat potensi 2025 menjadi tahun dengan performa harga emas terbaik sejak 1979.
Kenaikan ini dipicu kombinasi faktor makro global, termasuk pelemahan inflasi AS, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, ketidakpastian ekonomi akibat shutdown pemerintahan AS, hingga meningkatnya tensi geopolitik. Hasil rapat FOMC yang menurunkan suku bunga 25 bps ke level 3,75-4,00 persen turut memperkuat sentimen bullish terhadap emas.
Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga di level 4,75 persen pada Oktober untuk menahan depresiasi rupiah yang ditutup pada Rp16.600 per dolar AS. Kondisi ini menciptakan efek ganda (double impact) bagi pasar emas domestik, ketika harga emas global sempat terkoreksi, harga emas dalam rupiah tetap bertahan tinggi, bahkan meningkat karena pelemahan nilai tukar.
Thendra menambahkan bahwa November akan menjadi bulan yang dipantau ketat, terutama menjelang rilis data ekonomi terbaru dan rapat BI berikutnya. Jika BI kembali memangkas suku bunga, harga emas domestik berpotensi mengalami kenaikan lanjutan.
Harga emas dunia saat ini juga telah melewati target proyeksi analis global. Goldman Sachs yang semula memproyeksikan harga emas di level USD 3.700/oz untuk akhir 2025, kini merevisi perkiraan mereka menjadi USD4.900/oz untuk Desember 2026. Sementara JP Morgan memperkirakan harga emas akan mencapai USD5.055/oz pada 2026.