Sementara itu, Bank of Japan (BOJ) mengakhiri kebijakan suku bunga negatifnya, tetapi diperkirakan akan mempertahankan sikap akomodatif untuk beberapa waktu ke depan.
Di sisi lain, investor terus melakukan lindung nilai (hedging) terhadap ketidakstabilan geopolitik di Eropa Timur dan Timur Tengah dengan membeli emas.
Sebagai aset tanpa imbal hasil (yield), emas cenderung naik ketika harga aset alternatif turun. Namun suku bunga saat ini sebenarnya cukup tinggi—bahkan suku bunga riil disesuaikan dengan inflasi—dan kemungkinan besar akan tetap demikian bahkan setelah beberapa kali pemotongan oleh The Fed.
Mengutip Wall Street Journal, Jumat (29/3), dalam catatan baru-baru ini, manajer investasi di UBS memaparkan adanya peningkatan pembelian emas oleh bank sentral di seluruh dunia, yang menurut mereka telah mencapai tingkat tertinggi sejak 1960an, yaitu lebih dari 1.000 metrik ton dalam dua tahun terakhir.
Bisa dibilang, taruhan bank sentral ini dapat dilihat sebagai lindung nilai terhadap dolar AS sebagai mata uang cadangan.