sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Merosot, Pasokan Minyak Berpotensi Berlebih di Tengah Ancaman Omicron

Market news editor Oktiani Endarwati
20/12/2021 15:51 WIB
Harga minyak terpantau bergerak bearish dibebani oleh potensi pasokan berlebih di tengah ancaman lockdown varian omicorn.
Harga minyak terpantau bergerak bearish dibebani oleh potensi pasokan berlebih di tengah ancaman lockdown varian omicorn. (Foto: MNC Media)
Harga minyak terpantau bergerak bearish dibebani oleh potensi pasokan berlebih di tengah ancaman lockdown varian omicorn. (Foto: MNC Media)

IDXChannel- Mengawali pekan pagi ini, harga minyak terpantau bergerak bearish dibebani oleh potensi pasokan berlebih di tengah ancaman pembatasan dan lockdown baru. Hal itu dipicu oleh penyebaran varian Omicron. 

Pihak administrasi Biden berencana melanjutkan rencana pelepasan minyak mentah dari cadangan darurat untuk putaran kedua dengan total sebanyak 18 juta barel minyak mentah yang akan dilepas melalui tender dengan tanggal jatuh tempo 4 Januari dan pengiriman dimulai dari 1 Februari hingga 31 Maret, ungkap pernyataan resmi dari Departemen Energi AS pada hari Minggu (19/12/2021). 

"Pernyataan itu memicu kekhawatiran akan terjadinya pasokan berlebih di pasar, terlebih dengan adanya penerapan kembali pembatasan baru di berbagai negara untuk menekan penyebaran varian Omicron," ujar Research & Development Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Girta Yoga dalam siaran pers, Senin (20/12/2021).

Sinyal tambahan pasokan juga datang dari Libya yang mempertimbangkan untuk membuat kontrak dengan perusahaan minyak swasta, dimana melalui kontrak itu akan ada pemberian bonus bagi perusahaan yang memenuhi target serta penalti bagi yang tidak memenuhi, ungkap pernyataan dari Menteri Perminyakan Mohamed Oun pada hari Minggu. 

Langkah tersebut merupakan upaya Libya untuk menyesuaikan dengan target kuota produksi yang ditetapkan oleh OPEC, yaitu meningkatkan produksi menjadi 1,4 juta barel per hari pada pertengahan 2022. Oun juga menambahkan jika output minyak Libya saat ini telah mencapai 1,25 juta hingga 1,3 juta bph, dimana untuk rencana mencapai 2,1 juta bph dalam 2 atau 3 tahun mendatang masih menunggu hasil pemilihan presiden baru yang akan dilakukan pada 24 Desember nanti. 

Sementara itu, aksi penguncian dan pembatasan baru terlihat di sejumlah negara Eropa dan AS seiring dengan melonjaknya kasus Covid-19 menjelang berlangsungnya musim dingin. Belanda menerapkan kembali penguncian pada hari Minggu dan kemungkinan akan memberlakukan lebih banyak pembatasan saat liburan Natal dan Tahun Baru. 

Jerman dan Prancis membatasi perjalanan masuk ke negara tersebut. Inggris mempertimbangkan untuk melakukan penguncian selama dua minggu. Di AS, penasihat medis Gedung Putih Dr. Anthony Fauci mendesak penggunaan masker di tempat umum serta telah mendapat suntikan booster bagi yang ingin bepergian. 

"Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak akan berada dalam kisaran Resistance di IDR1.015.000 - 1.035.000 per barel serta kisaran Support di IDR980000 - 960.000 per barel," jelas Girta. (TIA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement