sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Belum Lepas dari Tekanan, OPEC+ Jadi Penentu Arah Pekan Ini

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
03/11/2025 07:35 WIB
Harga minyak dunia ditutup menguat pada Jumat (31/10/2025) lalu setelah sesi perdagangan yang bergejolak.
Harga Minyak Belum Lepas dari Tekanan, OPEC+ Jadi Penentu Arah Pekan Ini. (Foto: Freepik)
Harga Minyak Belum Lepas dari Tekanan, OPEC+ Jadi Penentu Arah Pekan Ini. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak dunia ditutup menguat pada Jumat (31/10/2025) lalu setelah sesi perdagangan yang bergejolak.

Harga sempat melonjak setelah laporan media menyebut serangan udara Amerika Serikat (AS) ke Venezuela bisa dimulai dalam hitungan jam. Namun, harga kembali turun setelah Presiden AS Donald Trump membantah kabar tersebut di media sosial.

Kontrak berjangka (futures) Brent ditutup di USD65,07 per barel, naik 0,11 persen. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir di USD60,98 per barel, menguat 0,68 persen pada Jumat.

Dalam sepekan lalu, minyak Brent terkoreksi 0,52 persen dan WTI minus 0,78 persen.

Sementara, kedua kontrak berjangka minyak tersebut mencatat penurunan bulanan ketiga berturut-turut, dengan kekhawatiran berlanjut terkait kelebihan pasokan yang menahan reli harga akibat ketegangan geopolitik.

Sepanjang Oktober, WTI turun 2,2 persen dan Brent merosot 2,9 persen.

Prospek Pekan Ini

Analis FXEmpire, James Hyerczyk, menilai sentimen pasar kini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor fundamental seiring pertemuan penting OPEC+ pada Minggu (2/11/2025).

Meski harga minyak sempat naik sesaat akibat laporan tak berdasar mengenai serangan AS ke Venezuela, harga kembali terkoreksi setelah pelaku pasar menilai risiko pasokan mulai mereda.

Hyerczyk menjelaskan, sanksi AS terhadap perusahaan minyak besar Rusia seperti Rosneft dan Lukoil ternyata tidak berdampak besar pada arus pasokan global.

Dia menyebut, langkah itu lebih bersifat simbolis. Ekspor Rusia tetap berlanjut, sementara India dan China hanya menunda pembelian dalam waktu singkat.

Lukoil bahkan memilih melepas sebagian aset internasional dan memanfaatkan armada bayangan untuk mempertahankan akses pasar.

Data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah Amerika Serikat sebesar 6,86 juta barel, jauh di atas perkiraan, disertai penurunan stok bensin dan distilat.

Namun, kabar ini hanya memberikan dukungan sementara. Pasar tetap tertekan oleh kekhawatiran kelebihan pasokan di tengah data ekonomi China yang lesu dan penguatan dolar AS.

Kekhawatiran tersebut semakin menguat setelah data menunjukkan produksi global meningkat lebih dari 2,7 juta barel per hari dalam beberapa bulan terakhir, atau sekitar 2,5 persen dari total output dunia.

Arab Saudi menaikkan ekspor hingga 6,4 juta barel per hari—tertinggi dalam enam bulan—dan diperkirakan menambah volume lagi pada Desember. Di sisi lain, produksi minyak mentah AS juga mencapai rekor baru di 13,6 juta barel per hari.

Pasar kini mencerna arah kebijakan OPEC+ dalam pertemuan akhir pekan.

Melansir dari Reuters, delapan negara anggota OPEC+ pada Minggu (2/11) sepakat menaikkan produksi minyak sebesar 137.000 barel per hari pada Desember mendatang, sebelum menghentikan sementara kenaikan produksi itu sepanjang kuartal I-2026.

“Setelah Desember, dengan mempertimbangkan faktor musiman, delapan negara tersebut juga memutuskan untuk menunda kenaikan produksi pada Januari, Februari, dan Maret 2026,” kata OPEC+ dalam pernyataannya.

Hyerczyk memproyeksikan bias harga minyak tetap cenderung bearish dalam jangka pendek. Dia menjelaskan, kenaikan pasokan, berkurangnya premi risiko, dan terbatasnya dukungan dari sisi permintaan membuat tekanan penurunan masih dominan.

Secara teknikal, tren jangka pendek masih menurun. Meski penutupan pekan lalu membentuk pola pembalikan harga, pasar masih bergerak netral hingga cenderung melemah.

Pelaku pasar bullish berharap harga dapat menembus rata-rata pergerakan 52 pekan (MA-52 week) di USD62,30 dan pivot jangka panjang di USD63,74 untuk membuka ruang kenaikan menuju USD65,95. Sebaliknya, jika harga gagal bertahan di atas USD59,44, tekanan jual bisa meningkat dengan potensi koreksi hingga USD55,96. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement