"Kerugian besar-besaran terlihat sejak malam sebelumnya ketika para trader memperhitungkan kemungkinan skenario Trump 2, di mana Partai Republik menguasai Kongres dan Gedung Putih—skenario yang berpotensi memicu tarif besar-besaran pada barang impor, khususnya dari China," kata analis Saxo Bank, dikutip MT Newswires, Rabu (6/11).
Laporan yang menunjukkan peningkatan stok minyak AS di atas ekspektasi juga turut menekan harga.
Dalam survei mingguannya, Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan, mengutip Oilprice.com, stok minyak naik 2,1 juta barel pekan lalu, melebihi perkiraan konsensus yang memperkirakan kenaikan sebesar 1,8 juta barel.
Pandangan lainnya datang dari analis kepada Dow Jones Newswires, Rabu (6/11), yang berpendapat, harga minyak berhasil memulihkan sebagian besar penurunan awal yang dipicu oleh kemenangan Trump dalam pemilu.
Ini seiring pasar mempertimbangkan berbagai kemungkinan kebijakan dari pemerintahan yang lebih ramah terhadap bahan bakar fosil.