sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Dunia Naik Didorong Penurunan Stok AS

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
30/10/2025 07:16 WIB
Harga minyak menguat pada Rabu (29/10/2025) setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah dan bahan bakar di AS turun lebih besar dari perkiraan pekan lalu.
Harga Minyak Dunia Naik Didorong Penurunan Stok AS. (Foto: Freepik)
Harga Minyak Dunia Naik Didorong Penurunan Stok AS. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak menguat pada Rabu (29/10/2025) setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah dan bahan bakar di Amerika Serikat (AS) turun lebih besar dari perkiraan pekan lalu.

Nada optimistis Presiden AS Donald Trump menjelang pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping juga membantu meredakan kekhawatiran ekonomi.

Kontrak berjangka (futures) Brent naik 0,8 persen menjadi USD64,92 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terapresiasi 0,6 persen ke USD60,48 per barel.

Data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu, dilansir dari Reuters, menunjukkan stok minyak mentah, bensin, dan bahan bakar sulingan semuanya turun lebih besar dari perkiraan analis. Stok minyak mentah anjlok hampir 7 juta barel, jauh melampaui penurunan 211 ribu barel yang diperkirakan.

Penurunan tajam ini memicu peninjauan ulang terhadap perkiraan bahwa pasar minyak menghadapi surplus besar, di tengah peningkatan produksi oleh OPEC+ dan rekor produksi AS.

“Di mana kelebihan pasokan itu?” ujar analis Price Futures Group, Phil Flynn, menanggapi laporan tersebut.

“Semakin lama kelebihan pasokan itu tak muncul, semakin besar pula keraguan apakah benar-benar ada,” imbuh Flynn.

Analis UBS Giovanni Staunovo mengatakan, data EIA juga menunjukkan permintaan minyak tersirat yang kuat. Bersamaan dengan penurunan stok, laporan EIA tersebut dinilai sangat positif bagi harga minyak mentah.

Trump memperkirakan hasil yang baik dari pertemuannya dengan Xi Jinping yang dijadwalkan berlangsung Kamis di KTT Korea Selatan. Dalam forum yang sama, AS dan Korea Selatan juga menyelesaikan kesepakatan dagang yang sempat alot.

Nada optimistis terkait pembicaraan AS-China dan kesepakatan dengan Korea Selatan ini dinilai dapat meredakan kekhawatiran perlambatan ekonomi akibat tarif dan perang dagang Trump, yang dalam beberapa bulan terakhir membebani permintaan minyak dan menekan harga komoditas.

Meski demikian, kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global masih membayangi. Federal Reserve (The Fed) yang terbelah pada Rabu memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin sesuai perkiraan.

Namun, komentar Ketua The Fed Jerome Powell seusai pertemuan bank sentral bernada hati-hati mengenai arah kebijakan ke depan.

Pekan lalu, Brent dan WTI mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Juni setelah Trump memberlakukan sanksi terkait Ukraina terhadap Rusia untuk pertama kalinya di masa jabatan keduanya, menargetkan perusahaan minyak besar seperti Lukoil dan Rosneft.

Namun, keraguan apakah sanksi tersebut dapat mengimbangi potensi kelebihan pasokan serta pembicaraan mengenai peningkatan produksi OPEC+ kembali menekan harga. Kedua acuan harga itu turun 1,9 persen, atau lebih dari USD1, pada sesi sebelumnya.

OPEC+, kelompok produsen minyak terbesar dunia, dikabarkan condong ke arah penambahan produksi moderat pada Desember, menurut empat sumber Reuters yang mengetahui pembahasan tersebut. Dua di antaranya menyebut tambahan produksi sebesar 137 ribu barel per hari. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement