sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Jatuh 1 Persen, Pasar Menanti Laporan EIA

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
13/08/2025 07:16 WIB
Harga minyak melemah pada Selasa (12/8/2025), seiring pelaku pasar menantikan laporan persediaan dari U.S. Energy Information Administration (EIA).
Harga Minyak Jatuh 1 Persen, Pasar Menanti Laporan EIA. (Foto: Freepik)
Harga Minyak Jatuh 1 Persen, Pasar Menanti Laporan EIA. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak melemah pada Selasa (12/8/2025), seiring pelaku pasar menantikan laporan persediaan dari U.S. Energy Information Administration (EIA) dan mulai mengantisipasi penurunan permintaan menjelang berakhirnya musim berkendara musim panas pada awal September.

Kontrak berjangka (futures) Brent ditutup di USD66,12 per barel, turun 0,77 persen. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir di USD63,17 per barel, merosot 1,24 persen.

“Ini murni faktor musiman,” ujar Partner di Again Capital, John Kilduff, dikutip Reuters.

“Kami tidak mendapat dorongan dari pasar saham, sementara laporan inflasi positif dan mengarah pada kemungkinan pemangkasan suku bunga,” tuturnya.

Inflasi konsumen AS meningkat pada Juli, dipicu kenaikan biaya impor akibat tarif, sehingga mendorong pertumbuhan tercepat dalam enam bulan untuk salah satu ukuran inflasi inti.

Kilduff menambahkan, permintaan solar—yang menjadi pendorong konsumsi minyak—mulai melemah. Laporan persediaan dari American Petroleum Institute (API) dan EIA pada Selasa dan Rabu diperkirakan menunjukkan tanda-tanda penurunan permintaan.

Prospek terbaru OPEC dan EIA mengindikasikan produksi minyak tahun ini akan meningkat, namun keduanya memperkirakan output AS menurun pada 2026, sementara wilayah lain di dunia justru meningkatkan produksi minyak dan gas.

Laporan bulanan OPEC pada Selasa memperkirakan permintaan minyak global naik 1,38 juta barel per hari pada 2026, bertambah 100.000 bph dari proyeksi sebelumnya. Proyeksi 2025 tetap tidak berubah.

EIA memproyeksikan produksi minyak mentah AS mencapai rekor 13,41 juta bph pada 2025 berkat peningkatan produktivitas sumur. Namun, harga minyak yang lebih rendah akan menekan produksi menjadi 13,28 juta bph pada 2026, penurunan pertama sejak 2021 bagi produsen terbesar dunia tersebut.

EIA juga memperkirakan harga Brent rata-rata USD51 per barel pada tahun depan, turun dari proyeksi sebelumnya USD58 per barel, setelah OPEC dan sekutunya memutuskan mempercepat laju peningkatan produksi.

Pekan ini, Presiden AS Donald Trump memperpanjang penangguhan tarif dengan China hingga 10 November, menghindarkan penerapan tarif ratusan persen terhadap barang-barang China di tengah persiapan ritel AS menghadapi musim belanja akhir tahun.

Faktor lain yang juga membebani pasar minyak adalah rencana pertemuan Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Jumat, untuk membahas upaya mengakhiri perang Rusia di Ukraina.

“Jika pertemuan Jumat membawa gencatan senjata atau bahkan kesepakatan damai di Ukraina semakin dekat, Trump bisa menangguhkan tarif sekunder yang dikenakan pada India pekan lalu sebelum berlaku dalam dua pekan,” demikian kata Commerzbank dalam catatan riset.

“Jika tidak, sanksi yang lebih ketat bisa diberlakukan terhadap pembeli minyak Rusia lainnya, seperti China,” imbuh Commerzbank. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement