sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Melemah di Tengah Meredanya Ketegangan Timur Tengah

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
01/07/2025 07:15 WIB
Harga minyak turun tipis pada Senin (30/6/2025) seiring meredanya ketegangan di Timur Tengah.
Harga Minyak Melemah di Tengah Meredanya Ketegangan Timur Tengah. (Foto: Freepik)
Harga Minyak Melemah di Tengah Meredanya Ketegangan Timur Tengah. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak turun tipis pada Senin (30/6/2025) seiring meredanya ketegangan di Timur Tengah dan spekulasi pasar terhadap kemungkinan kenaikan produksi OPEC+ pada Agustus mendatang.

Meskipun Brent dan WTI mencatat penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2023 pekan lalu, keduanya tetap membukukan kenaikan bulanan kedua berturut-turut. Brent menguat sekitar 6 persen, sementara WTI naik sekitar 7 persen.

Kontrak Brent untuk pengiriman Agustus ditutup turun 0,2 persen, ke level USD67,61 per barel sebelum berakhir masa kontraknya pada Senin. Kontrak Brent yang lebih aktif untuk pengiriman September ditutup di USD66,74. Sementara itu, harga WTI ditutup melemah 0,6 persen, ke level USD65,11 per barel.

Konflik selama 12 hari yang dimulai dengan serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni sempat mendorong harga minyak ke atas USD80 per barel sebelum kembali merosot ke kisaran USD67.

"Gencatan senjata yang dirancang secara cepat ini tampaknya masih bertahan. Jadi, premi risiko pasokan yang sempat terbentuk kini terus menghilang dengan cepat," ujar analis di Again Capital, John Kilduff.

Sementara itu, produksi minyak mentah AS mencetak rekor tertinggi sebesar 13,47 juta barel per hari pada April, naik dari 13,45 juta barel per hari pada Maret, menurut data dari Energy Information Administration dalam laporan bulanan Petroleum Supply Monthly. Menurut Kilduff, lonjakan produksi AS ini turut menekan sentimen pasar pada Senin.

Empat sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa kelompok produsen tersebut bersiap menambah produksi sebesar 411.000 barel per hari pada Agustus, melanjutkan kenaikan serupa pada Mei, Juni, dan Juli.

Jika penambahan ini disepakati, total peningkatan pasokan OPEC+ sepanjang 2025 akan mencapai 1,78 juta barel per hari, atau lebih dari 1,5 persen dari total permintaan global.

“Saya melihat tekanan pasokan ini belum sepenuhnya tercermin dalam harga pasar, sehingga membuat harga minyak rentan terhadap pelemahan lanjutan,” kata Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, Ole Hansen.

OPEC+ dijadwalkan kembali bertemu pada 6 Juli.

Namun, analis UBS Giovanni Staunovo mencatat, kondisi pasokan global tetap relatif ketat meski produksi meningkat.

Survei Reuters menunjukkan produksi OPEC meningkat pada Mei, namun kenaikannya dibatasi oleh pengurangan dari negara-negara yang sebelumnya melebihi kuota produksi. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) hanya menaikkan produksi dalam jumlah kecil, lebih rendah dari batas yang diperbolehkan.

Kazakhstan, yang kerap melampaui kuota OPEC+, diperkirakan melebihi target produksinya tahun ini sekitar 2 persen setelah adanya peningkatan output dari ladang minyak terbesar mereka di Laut Kaspia, menurut perhitungan Reuters yang berbasis pada data dari perusahaan energi milik negara KazMunayGaz.

Dalam survei terhadap 40 ekonom dan analis pada Juni, harga rata-rata Brent diperkirakan mencapai USD67,86 per barel pada 2025, naik dari proyeksi Mei sebesar USD66,98. Sementara WTI diperkirakan berada di kisaran USD64,51, lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar USD63,35. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement