Tabrakan dua kapal tanker minyak di dekat Selat Hormuz—di tengah meningkatnya gangguan elektronik selama konflik—menyoroti potensi terganggunya jalur vital pengiriman minyak tersebut.
“Pasar pada dasarnya khawatir terhadap potensi gangguan di Selat Hormuz, tapi risikonya masih sangat kecil,” kata Analis Saxo Bank, Ole Hansen.
Ia menambahkan, tidak ada pihak yang menginginkan penutupan jalur itu, mengingat Iran akan kehilangan pendapatan dan AS menginginkan harga minyak serta inflasi yang lebih rendah.
Ketidakpastian juga memunculkan pertanyaan di kalangan pelaku pasar soal bagaimana Iran akan bereaksi jika mereka merasa mulai kehilangan kendali atas kekuasaan, menurut John Kilduff, mitra di Again Capital.
“Kita melihat adanya premi risiko keamanan sebesar lebih dari USD10 per barel yang kini masuk dalam harga minyak,” kata Kilduff.