IDXChannel - Harga minyak dunia ditutup menguat pada Rabu (27/8/2025) setelah data menunjukkan penurunan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang lebih besar dari perkiraan.
Sementara, investor juga mencermati dampak tarif baru AS terhadap India.
Kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent 1,2 persen menjadi USD68,05 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) bertambah 1,4 persen ke USD64,15 per barel. Sehari sebelumnya, kedua kontrak anjlok lebih dari 2 persen.
Administrasi Informasi Energi (EIA) AS melaporkan persediaan minyak mentah turun 2,4 juta barel menjadi 418,3 juta barel pekan lalu, lebih besar dari ekspektasi dalam survei Reuters yang memperkirakan penurunan 1,9 juta barel.
Stok bensin berkurang 1,2 juta barel, lebih kecil dari perkiraan penurunan 2,2 juta barel. Sementara itu, persediaan distilat—termasuk solar dan minyak pemanas—menyusut 1,8 juta barel, berlawanan dengan ekspektasi kenaikan 885.000 barel.
“Data permintaan bensin cukup positif dan menunjukkan orang bersiap melakukan perjalanan di akhir pekan panjang Labor Day. Ini puncak musim mengemudi musim panas, sekaligus momentum terakhir untuk campuran bensin musim panas,” ujar analis senior Price Futures Group, Phil Flynn.
Fokus pasar juga tertuju pada keputusan Presiden AS Donald Trump yang menggandakan tarif impor dari India hingga 50 persen. Kebijakan tersebut, yang berlaku mulai Rabu, merupakan respons atas pembelian minyak Rusia oleh India.
Menurut analis UBS Giovanni Staunovo, meski belum ada tanda gangguan pasokan, ketidakpastian mengenai apakah AS akan menargetkan aliran minyak membuat sebagian trader futures enggan membuka posisi baru.
Kementerian Keuangan India dalam tinjauan ekonomi bulanan Juli menyebutkan dampak langsung dari tarif AS terhadap ekspor India masih terbatas, tetapi efek rambatan terhadap perekonomian tetap menjadi tantangan yang harus diantisipasi.
Kekhawatiran pasar juga meningkat setelah Rusia dan Ukraina saling menggempur infrastruktur energi. Rusia melancarkan serangan drone besar-besaran terhadap jaringan energi dan gas di enam wilayah Ukraina pada Rabu dini hari. Sebelumnya, Ukraina menyerang kilang dan infrastruktur ekspor minyak Rusia.
Di sisi lain, Rusia dikabarkan menaikkan rencana ekspor minyak mentah dari pelabuhan barat sebesar 200.000 barel per hari pada Agustus dibandingkan jadwal awal, setelah serangan ke fasilitas kilangnya pekan lalu.
Sementara itu, Presiden The Fed New York John Williams pada Rabu menyatakan suku bunga kemungkinan akan turun di masa mendatang, tetapi keputusan apakah pemangkasan bisa dilakukan pada rapat 16–17 September masih akan bergantung pada data ekonomi terbaru.
Suku bunga yang lebih rendah dapat menekan biaya pinjaman konsumen, mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus meningkatkan permintaan minyak. (Aldo Fernando)