"Dalam waktu dekat, berita yang tidak terlalu buruk di China akan membuat harga minyak yang jauh lebih tinggi, yang juga positif bagi produsen, tetapi berbahaya bagi konsumen," kata Direktur SPI Asset Management, Stephen Innes, dikutip dari Reuters, Rabu (18/5/2022).
Di sisi lain, konflik Rusia dan Ukraina serta sejumlah sanksi yang ditimbulkan masih menjadi sentimen utama pergerakan harga minyak. Baru-baru ini, Rusia mengumumkan penurunan produksi hampir 9% pada bulan April 2022.
Rusia yang merupakan bagian dari organisasi negara-negara penghasil minyak bumi memiliki tingkat produksi yang jauh berada di bawah level yang dibutuhkan berdasarkan kesepakatan OPEC sejak pandemi muncul
Tekanan terhadap harga juga terjadi menyusul laporan bahwa Amerika Serikat mengizinkan Chevron Corp untuk menegosiasikan lisensi minyak dengan produsen nasional Venezuela.
Lebih lanjut, sentimen yang membebani pasar minyak adalah kegagalan Uni Eropa membujuk Hungaria untuk mencabut hak vetonya atas usulan embargo minyak Rusia.