Kendati demikian, kenaikan harga minyak dinilai masih terbatas karena pembatasan mobilitas masih berlangsung di sejumlah wilayah.
"Agar kenaikan harga minyak bisa sustain, pembukaan kembali kota-kota di China diperlukan sebagai rebound ekonomi yang mendukung permintaan minyak," kata Direktur Pelaksana SPI Asset Management, Stephen Innes, dilansir Reuters, Selasa (19/4/2022).
Selain dari daratan Tirai Bambu, sentimen harga juga datang dari krisis politik yang terjadi di sebuah negara produsen minyak di Afrika, Libya. Negara itu dikabarkan kesulitan untuk mengirimkan minyak dari ladang terbesar mereka akibat protes politik.
"Penutupan industri minyak di Libya memperdalam kekhawatiran atas pasokan global yang ketat, ditambah krisis Ukraina yang berlarut-larut, mengimbangi kekhawatiran atas melambatnya permintaan China," kata Direktur Konsultan Energi Kedia Commodities, Ajay Kedia.
(IND)