Secara mingguan, kontrak ini berada di jalur penurunan dua pekan berturut-turut, dengan koreksi hampir 2,3 persen sejauh ini. Tekanan datang dari kekhawatiran dampak kenaikan tarif AS di bawah pemerintahan Trump terhadap pasar global, termasuk minyak sawit.
Pada saat yang sama, ketidakpastian masih menyelimuti waktu dan skala penerapan stimulus terbaru China untuk mendorong konsumsi.
"Perang dagang global yang dipicu oleh Amerika Serikat (AS) membuat pelaku pasar tetap berhati-hati dan cenderung menunggu di luar pasar, mengingat tarif perdagangan diperkirakan meningkat dalam beberapa pekan ke depan," ujar trader senior minyak sawit Interband Group of Companies, Jim Teh, kepada Bernama.
Dari sisi permintaan, Teh menyebut, China, India, Pakistan, serta beberapa negara di Timur Tengah dan Uni Eropa masih menjadi pembeli utama. Ia juga menegaskan bahwa stok dari Indonesia dan Malaysia masih mencukupi. (Aldo Fernando)